Masa Bero yang Efektif dan Perladangan Berpindah
Nama : Yudha Bayu Jati Nugroho
NIM : E14110116
Tugas : Perlindungan Hutan (Kuliah)
Masa Bero yang Efektif dan Perladangan Berpindah
Pada
wilayah hutan, ada satu area yang dibersihkan petani dan di tanami setiap tahun
untuk pertanian perladangan. Sistem pertanian ini dapat didefinisikan secara
sangat umum sebagai satu sistem pertanian yang menerapkan konservasi secara
langsung, sehingga dapat dikatakan sebagai sistem pertanian berkelanjutan di
mana penebasan dilakukan secara tidak menetap, atau hanya sementara dan
ditanami dengan tanaman untuk beberapa tahun saja, kemudian tanah hutan itu di
tinggalkan untuk pemberoan lahan yang cukup lama.
Perladangan berpindah ini juga merupakan
sistem pertanian yang reintegrasi dan berkesinambungan dalam ruang dan waktu.
Sistem perladangan ini dilakukan secara berpindah-pindah sebagai ciri utama
kearifan ekologi, dari lokasi lahan ladang yang satu ke lokasi lahan ladang
berikutnya guna mengistirahatkan (fallow)
hutan tanah lahan perladangan yang telah diolah beberapa kali dalam siklus
tahun ladang untuk jangka waktu bera yang ideal, yaitu sekitar 10-15 tahun
sebelum digunakan kembali pada rotasi berikutnya. Di sini jelas terlihat bahwa
waktu bero sangat berpengaruh besar pada kesuburan tanah dan tingkat produksi
yang dihasilkan.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Klasifikasi
hutan sekunder berdasarkan masa bera seperti berikut ini, yakni:
1.
Hutan sekunder
tua dengan masa bera 10 – 15 tahun
2.
Hutan sekunder
muda dengan masa bera 5 – 10 tahun
3.
Hutan sekunder
termuda dengan masa bera < 5 tahun
Untuk menghitung masa bero efektif
adalah dengan menghitung populasi tumbuhan pionir yang terdapat pada satu areal
bero, setelah beberapa periode, dan dipilih masa bero dengan tingkat pengembalian
lahan yang paling baik. Salah satu cara yang efektif untuk menghitung populasi tumbuhan
pionir tersebut adalah dengan cara analisis vegetasi. Ada banyak metode yang
dapat dilakukan untuk melakukan analisis vegetasi;
1.
Metode kuadrat :
Petak tunggal dan Petak ganda
2.
Metode jalur
3.
Metode garis
berpetak
4.
Metode kombinasi
antara metode jalur dan metode garis berpetak
Hal yang
perlu diperhatikan dalam analisis vegetasi adalah penarikan unit contoh atau
sampel. Dalam pengukuran dikenal dua jenis pengukuran untuk mendapatkan
informasi atau data yang diinginkan. Kedua jenis pengukuran tersebut adalah
pengukuran yang bersifat merusak (destructive measures) dan pengukuran
yang bersifat tidak merusak (non-destructive measures).
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Untuk
keperluan penelitian agar hasil datanya dapat dianggap sah (valid) secara
statistika, penggunaan kedua jenis pengukuran tersebut mutlak harus menggunakan
satuan contoh (sampling unit), apalagi bagi seorang peneliti yang mengambil
objek hutan dengan cakupan areal yang luas. Dengan sampling, seorang
peneliti/surveyor dapat memperoleh informasi/data yang diinginkan lebih cepat
dan lebih teliti dengan biaya dan tenaga lebih sedikit bila dibandingkan dengan
inventarisasi penuh (metode sensus) pada anggota suatu populasi.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.