Pengukuran Biomassa Tumbuhan Bawah
Makalah Ekologi Hutan (SVK 212)
Pengukuran Biomassa Tumbuhan Bawah
Disusun Oleh:
Taufik Iman Zuhriyanto E14110040
Risma Yoga Priyanto E14110048
Mukhlisah Jamil E14110088
Kanda Raharja E14110090
Muhammad Khoirul Mufid E14110115
Yudha Bayu Jati Nugroho E14110116
Asisten Praktikum:
Ika Lestari Hutasuhut E14100063
Muhammad Irfan E14100131
Winda Lismaya E14100129
Yusuf Muhammad E34100095
DEPARTEMEN SILVIKULTUR
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut
Undang-Undang No. 41Tahun 1999, Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa
hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan
dalam persekutuan alam lingkungannya dan antara satu dengan lainnya tidak dapat
dipisahkan. Hutan merupakan masyarakat tumbuhan yang dikuasai oleh pepohonan
yang mempunyai keadaan lingkungan yang berbeda dengan keadaan di luar hutan
(Istomo 2013 komunikasi pribadi dalam perkuliahan). Akan tetapi di dalam hutan
tidak hanya pepohonan yang berada ada di dalamnya akan tetapi ada tumbuhan
bawah, semai dan lain-lain. Lingkungan dari tempat tumbuh hutan merupakan suatu
sistem yang sangat komplek dan mempunyai peranan yang sangat besar di bumi ini.
Menurut Purwitasari (2011) salah satu peranan hutan adalah menyerap karbon
dioksida yang ada di atmosfer dalam proses fotosintesis, di mana karbon
dioksida di atmosfer di ikat dan di ubah menjadi bentuk energi (gugus gula)
yang bermanfaat bagi kehidupan. Sebagian besar energi ini disimpan oleh
tumbuhan dalam bentuk biomassa.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Biomassa
merupakan bahan organik yang dihasilkan melalui proses fotosintesis, baik
berupa produk maupun buangan. Biomassa salah satu ukuran yang berguna dan mudah
diperoleh, tetapi tidak memberikan petunjuk dinamika populasi. Pengamatan
terhadap biomassa membuat tertarik para peneliti ekologi dengan alasan pada
produktivitas pada biomassa karena bila bobot kering suatu komunitas dapat
ditentukan pada waktu tertentu dan laju perubahan bobot kering dapat diukur,
data itu dapat diubah menjadi perpindahan energi melalui suatu ekosistem.
Dengan menggunakan informasi ini ekosistem yang berbeda dapat dibandingkan dan
efisien nisbi untuk perubahan penyinaran matahari menjadi bahan organik dapat
dihitung (Indriyanto, 2006). Salah satu perhitungan biomassa adalah biomassa
pada tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah secara tidak langsung mempunyai peranan
terhadap penyerapan karbon dioksida karena tumbuhan bawah mampu menjaga
kelembaban sehingga proses dekomposisi yang cepat dapat menyediakan unsur hara
untuk tanaman pokok. Di sini siklus hara dapat berlangsung sempurna, guguran
yang jatuh sebagai serasah akan di kembalian lagi ke pohon dalam bentuk unsur
hara seperti diketahui akan diuraikan oleh bakteri (Ewusie, 1990).
1.2 TUJUAN
Praktikum
ini bertujuan untuk mempelajari cara-cara pengukuran biomassa dan mengetahui
biomassa padang rumput dan semak belukar dalam persatuan luas serta
membandingkan antara biomassa padang rumput dan semak belukar.
BAB
II
METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum
ekologi hutan dengan judul biomassa tumbuhan bawah ini dilaksanakan di Kebun
Cikabayan Institut Pertanian Bogor pada hari Jumat Tanggal 22 Maret 2013 jam
13:30 – 15:30.
2.2 Alat dan Bahan
Adapun alat yang
digunakan adalah :
1.
Patok berfungsi sebagai penanda petak
ukur
2.
Label berfungsi sebagai pemberi nama
untuk spesies tumbuhan bawah
3.
Timbangan untuk menimbang berat suatu
objek (tumbuhan bawah)
4.
Alat tulis berfungsi sebagai menulis
hasil
5.
Golok atau Clurit sebagai memotong
tumbuhan bawah
6.
Kantong koran berfungsi sebagai
menyimpan spesies yang akan di oven
7.
Oven berfungsi sebagai pengering
bagian-bagian tumbuhan.
Adapun bahan yang digunakan adalah :
1.
Ekosistem padang rumput dan semak
belukar Cikabayan IPB
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
2.3 Prosedur Kerja :
1.
Di buat patok bujur sangkar dengan
ukuran 1 m x 1 m pada ekosistem padang rumput dan ekosistem semak belukar
2.
Dibatasi petak tersebut dengan patok
pada setiap sudutnya
3.
Di ambil semua tumbuhan bawah yang
terdapat di dalam petak dengan menggunakan golok atau clurit tepat di atas
permukaan tanah
4.
Memberikan label nama pada tiap jenis
tumbuhan bawah
5.
Dipisahkan bagian ranting dan bagian
daun pada setiap jenis tumbuhan bawah
6.
Kalibrasi timbangan dengan menggunakan
alas kertas koran
7.
Timbang pada bagian ranting dan bagian
daun setiap jenis yang berbeda
8.
Catat hasil timbangan yang tertera
9.
Bungkuslah dengan memisahkan setiap
bagian ranting dan bagian daun pada jenis yang berbeda dengan menggunakan
kertas koran
10.
Keringkan dengan menggunakan oven pada
suhu 105 C selama 24 jam
11.
Timbanglah kembali hasil pengeringan
menggunakan oven dengan memisahkan tiap bagian ranting dan bagian daun pada
setiap jenis yang berbeda
12.
Catat kembali hasil yang tertera di
timbangan.
BAB
III
HASIL
DAN PEMBAHASAN
3.1
Hasil
A.
Tabel 1 Formulir isian hasil penimbangan
Lokasi
|
Nomor Jenis
|
Berat Ranting (g)
|
Berat Daun (g)
|
Berat Total (g)
|
BKT (
|
||||
Semak Belukar
|
BB
|
BK
|
BKT
|
BB
|
BK
|
BKT
|
|||
1.a
|
Cytococcum
acreescens
|
6,7
|
3,4
|
3,4
|
5,4
|
1,65
|
1,65
|
5,05
|
0,0505
|
2.b
|
Commelina
diffusa
|
6,75
|
4
|
4
|
3,35
|
0,5
|
0,5
|
4,5
|
0,45
|
3.c
|
Paku
- pakuan
|
1,7
|
0,55
|
0,55
|
5
|
1,3
|
1,3
|
1,85
|
0,0185
|
4.d
|
Leptochioa
chinensis
|
116
|
74,2
|
74,2
|
197
|
46,4
|
46,4
|
120,6
|
1,206
|
5.e
|
Passiflora
foetida
|
5,1
|
2,1
|
2,1
|
4,85
|
1,1
|
1,1
|
3,2
|
0,032
|
6.f
|
Eragrostis
tenella
|
8,7
|
3,65
|
3,65
|
11
|
2,7
|
2,7
|
6,35
|
0,0635
|
Total
|
144,95
|
87,9
|
87,9
|
226,6
|
53,65
|
53,65
|
141,55
|
1,4155
|
|
Padang Rumput
|
Nomor Jenis
|
BB
|
BK
|
BKT
|
BB
|
BK
|
BKT
|
Berat Total (g)
|
BKT (
|
1.g
|
Tetracera
scandens
|
15
|
5,85
|
5,85
|
16,06
|
5,8
|
5,8
|
11,65
|
0,1165
|
2.h
|
Heliotropium
indicum
|
6,6
|
1,4
|
1,4
|
13,3
|
4,1
|
4,1
|
5,5
|
0,055
|
3.i
|
Ottochloa
nodosa
|
2,85
|
0,9
|
0,9
|
2,4
|
0,95
|
0,95
|
1,85
|
0,0185
|
4.j
|
Tetracera
indica
|
4,05
|
1,45
|
1,45
|
1,7
|
0,5
|
0,5
|
1,95
|
0,195
|
Total
|
28,5
|
9,6
|
9,6
|
33,45
|
11,35
|
11,35
|
20,95
|
0,2095
|
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
B.
Grafik histogram biomassa total per jenis per lokasi
C.
Grafik Macam Biomassa per Lokasi
3.2
Pembahasan
Biomassa di definisikan sebagai
total jumlah materi hidup di atas permukaan pada suatu pohon dan dinyatakan
dengan satuan ton berat kering per satuan luas. Biomassa vegetasi merupakan
berat bahan vegetasi hidup yang terdiri dari bagian atas dan bagian bawah
permukaan tanah pada suatu waktu tertentu (Darussalam 2011). Pengukuran
biomassa dilakukan pada tiga tempat yakni tegakan pohon (di atas permukaan
tanah), serasi (di permukaan tanah), dan akar yang berada di bawah permukaan
tanah, yang semuanya dilakukan dalam petak contoh. Untuk mengukur biomassa
vegetasi di atas permukaan tanah dapat dilakukan dengan dua cara yakni :
pertama, metode pendugaan dengan menggunakan persamaan allometrik W= aDb,
kedua, untuk pengukuran biomassa tumbuhan bawah atau rumput – rumputan / semak
dilakukan dengan petak contoh (Monde et al 2008).
Pada praktikum ini, praktikan
melakukan pengukuran biomassa tumbuhan bawah dengan metode petak contoh, mengamati
dua data yang bersal dari dua lokasi pengamatan berbeda yaitu semak belukar
yang berada di bawah tajuk naungan dan padang rumput yang berada di tempat
terbuka. Dari macam jenis yang ditemukan, jenis tumbuhan yang ditemukan pada
daerah semak belukar yang berada di bawah tegakan adalah 6 jenis dan pada
daerah padang rumput ditemukan 4 jenis. Pada lokasi semak belukar ditemukan Cyrtoccocum acreescens dengan total
Berat Kering Tanur (BKT) 0,0505 ton/ha, Commelina
diffusa dengan total BKT 0,045 ton/ha, paku – pakuan 0,0185 ton/ha, Leptochioa chinensis 1,206 ton/ha, Passiflora foetida 0,032 ton/ha, dan Eragrostis tenella 0,0635 ton/ha, yang
bila dihitung total BKT atau biomassa pada semak belukar di bawah tegakan
sebesar 1,4155 ton/ha. Sedangkan pada lokasi padang rumput ditemukan Tetracera scandens dengan total BKT
0,1165 ton/ha, Heliotropium indicum dengan
total BKT 0,055 ton/ha, Ottochloa nodosa
0,0185 ton/ha, dan Tetracera indica
0,0195 ton/ha, yang bila dihitung total BKT atau biomassa pada lokasi padang
rumput sebesar 0,2095 ton/ha.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Tujuan dari penghitungan biomassa
adalah untuk menduga potensi serapan karbon yang tersimpan di dalam suatu
vegetasi terutama vegetasi hutan, karena 50 % biomassa tersusun oleh karbon
(Darussalam 2011). Sehingga pada pembuatan grafik biomassa total per jenis per
lokasi, tumbuhan Leptochioa chinensis
menunjukkan grafik dengan jumlah terbanyak biomassanya. Ini menunjukkan bahwa
tumbuhan Leptochioa chinensis memiliki
potensi serapan karbon terbanyak sebesar 120,6 g/m2 di komunitas
semak belukar tersebut. Sedangkan tumbuhan Tetracera
scandens adalah tumbuhan terbanyak potensi serapan karbonnya di lokasi
komunitas padang rumput yaitu sebesar 11,65 g/m2. Pada grafik macam
biomassa per lokasi, ranting menjadi yang terbanyak potensi serapan karbonnya
dibandingkan daun, yaitu sebesar 87,9 g/m2, sedangkan daun sebesar
53,65 g/m2 di lokasi komunitas semak belukar. Dan pada komunitas
padang rumput, daun memiliki potensi serapan karbon terbanyak yaitu 11,35 g/m2,
sedangkan ranting 9,6 g/m2. Daun dan ranting, sama – sama memiliki
pengaruh terhadap potensi serapan karbon pada penghitungan biomassa, karena
daun dan ranting keduanya juga menjadi tempat penyimpanan karbon hasil
fotosintesis.
Berdasarkan penelitian Budiyanto
(2006) dalam Fernando (2009), bagian batang dalam pohon sengon memiliki
proporsi biomassa terbanyak. Begitu pula penelitian Wicaksono (2004) dalam
Fernando (2009), juga menyatakan bahwa bagian batang pohon mangium memiliki proporsi
biomassa terbanyak. Dari praktikum ini pula proporsi biomassa antara ranting
dan daun, pada lokasi semak belukar lebih banyak pada ranting, hal ini karena
biomassa ranting mengalami peningkatan sejalan dengan bertambahnya umur
tanaman, sedangkan pada bagian daun mengalami penurunan. Namun pada lokasi
komunitas padang rumput, komposisi biomassa terbanyak pada daun. Hal ini
disebabkan tumbuhan rumput yang bagian tanamannya didominasi daun lebih banyak
dibandingkan bagian batangnya.
BAB
IV
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang dapat diambil
pada praktikum ini adalah pada proses pengukuran biomassa tumbuhan bawah harus
diperhatikan dengan benar penimbangan berat basah dan berat kering tumbuhan
yang di ukur potensi biomassanya, agar tidak terjadi kesalahan sewaktu
menghitung BKT tumbuhan tersebut.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
DAFTAR
PUSTAKA
Darussalam D. 2011. Pendugaan Potensi Serapan Karbon Pada Tegakan Pinus di KPH Cianjur
Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten [Skripsi]. Bogor: Bogor
Agricultural University.
Ewusie JY. 1990. Ekologi Tropika. Bandung: Penerbit ITB.
Fernando AS. 2009. Pendugaan Simpanan Karbon di Atas Permukaan Lahan Pada Tegakan
Eukaliptus (Eucaliptus sp) di Sektor Habinsaran PT. Toba Pulp Lestari (Tbk)
[Skripsi]. Bogor: Bogor Agricultural University.
Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Monde A, Sinukaban N, Murtilaksono dan
Panjaitan N. 2008. Dinamika Karbon (C)
Akibat Alih Guna Lahan Hutan Menjadi Lahan Pertanian. Bogor: IPB Press.
Purwitasari H. 2011. Model Persamaan Alometrik Biomassa dan Massa
Karbon Pohon Akasia Mangium (Acacia mangium Wild)(Studi Kasus Pada HTI Akasia
Mangium di BKPH Parung Panjang, KPH Bogor, Perum Perhutani Unit III Jawa Barat
dan Banten) [Skripsi]. Bogor: Bogor Agricultural University.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.