Laporan 4>Geomatika dan Inderaja Kehutanan>Koreksi Geometrik>Hasil dan Pembahasan
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Gambar 1. Viewer
resampling koreksi 1
Gambar 2. GCP Tools Peta
Koreksi 1
Gambar 3. Viewer
resampling koreksi 2
Gambar 4. GCP Tools peta
koreksi 2
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Gambar 5. Viewer Swipe
koreksi 1 dengan peta asli
Pembahasan
Orbit satelit sangat tinggi dan medan pandangannya kecil,
maka terjadi distorsi geometric. Menurut Purwadhi (2001) berdasarkan sumbernya,
distorsi dan kesalahan geometric dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu kesalahan
internal (internal distortion) dan
kesalahan eksternal (external distortion).
Kesalahan internal disebabkan oleh konfigurasi sensornya, yaitu
1. Pembelokan arah
penyinaran yang menyebabkan distorsi panoramic (look angle)
2. Abrasi sub system optic
karena kemiringan cermin penyiam
3. System penyiaman yang
tidak linear karena cecepatan cermin penyiam
Kesalahan
geometric oleh kesalahan eksternal karena
1. Perubahan ketinggian
wahana dan kecepatan wahana menyebabkan perubahan cakupan dan perubahan luas
2. Perubahan posisi wahana
3. Gerak rotasi bumi
4. Kelengkungan bumi
Ada tiga metode yang
dapat digunakan dalam koreksi geometric yaitu, (1) Metode sistematik dengan
menerapkan rumus yang diturunkan dari model maematikatas sumber distorsi atau
menggunakan data referensi geometric yang diukur dari distorsi sensor
penginderaan jauh, (2) Metode non – sistematik dengan menerapkan rumus
transformasi polynomial dari system koordinat geografis ke koordinat citra,
yang ditentukan dengan menggunakan titik control tanah (Ground Control Point
(GCP)). (3) Metode Kombinasi dengan melakukan koreksi sistematik, kemudian
kesalahan residu akan direduksi menggunakan orde polinomial (Purwadhi 2001).
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Syarat penentuan titik
GCP atau pengukuran titik control tanah secara langsung yaitu jumlah parameter
yang diambil paling sedikit enam titik, namun penentuan GCP sering kali
mengalami kesalahan maka sebaiknya diambil sebanyak mungkin, yang menyebar di
seluruh permukaan citra (Purwadhi 2001). Tipe rektifikasi yang digunakan adalah
polynomial karena dapat dilakukan menggunakan beberapa orde (derajat) sesuai
dengan kondisi permukaan objek. Orde yang digunakan dengan objek yang
permukaannya relative datar atau homogeny dapar digunakan fungsi polynomial
yang paling rendah, sedangkan pada permukaan objek yang bergelombang hingga
berbukit perlu dilakukan dengan orde yang lebih tinggi (Purwadhi 2001).
Resampling citra merupakan suatu proses transformasi citra dengan memberikan
nilai piksel citra terkoreksi. Pelaksanaan resampling dilakukan dengan proses
transformasi dari suatu system koordinat ke system koordinat yang lain. Proses
ini dilakukan untuk menghilangkan efek gangguan yang bersifat tidak linear dan
system keruangan yang tidak tetap (Purwadhi 2001).
Pada praktikum ini
dilakukan koreksi geometri dengan menggunakan Citra Landsat 7 pada path 128 dan
row 58 tahun 1989 dan 1999. Peta yang di koreksi mengandung kesalahan internal
yaitu pembelokan arah penyinaran yang menyebabkan distorsi panoramic. Sehingga
bila di bandingkan antara 2 peta terdeteksi luas cakupan objek yang berubah. Pada
dua peta tersebut di tetapkan peta tahun 1989 sebagai peta master dan peta
tahun 1999 sebagai peta budak, metode yang digunakan yaitu metode non –
sistematik dengan teknik pemilihan titik – titik GCP secara menyebar, dan di dapatkan
koordinat citra (X input dan Y input)pada bagian lajur dan baris, juga
koordinat peta(X residual dan Y residual) lintang dan bujur. Pada praktikum
kali ini praktikan mendapatkan nilai RMS error sebesar 59,971. Artinya
ketepatan penempatan titik – titik GCP masih belum mendekati kesamaan antara
peta budak dan peta master lalu dilakukan resample terhadap GCP Tools dan di
dapatkan Peta baru yang telah di koreksi. Dan setelah dilakukan proses overlay
terhadap peta asli terlihat peta koreksi berukuran lebih kecil di bandingkan
peta asli, ini berarti proses koreksi yang dilakukan masih belum sempurna, hal
ini di sebabkan kurang mewakilinya titik – titik GCP yang di tetapkan, sehingga
hasil yang di dapatkan kurang representative terhadap peta asli dan keadaan
sebenarnya.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat
diambil pada praktikum ini adalah pada proses koreksi menggunakan metode non –
sistematik GCP diperlukan akurasi yang tinggi agar peta koreksi yang dihasilkan
representative terhadap peta asli dan keadaan sebenarnya. Akurasi GCP yang di
dapatkan tergantung pada orde polynomial, jumlah titik GCP dan distribusi
penyebaran titik – titik control tanah.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
DAFTAR PUSTAKA
Purwadhi FSH. 2001.
Interpretasi Citra Digital. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.