Laporan 5 PEHDAS >> Aplikasi SIG untuk menentukan Indeks Bahaya Erosi (IBE) dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Aplikasi SIG untuk menentukan Indeks
Bahaya Erosi (IBE) dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE)
Kelompok 6 :
- Muh.
Agil Hanafie (E14110035)
- Nurul
Fadhilah (E14110055)
- Risma
Prameswari K (E14110076)
- M
Iqbal Firdaus (E14110086)
- Dita
Amari MS (E14110110)
- Yudha
Bayu J (E14110116)
Dosen :
Dr. Ir. Hendrayanto
M.Agr
Asisten :
Endrawati , S.Hut
Khabibi Nurrofi , S.Hut
Kurnia Andayani , S.Hut
Bayu Pradana (E14080059)
Cecilya Budiaman (E14090021)
Agung Kriswiyanto (E14090027)
Mawardah Nur H. (E14100039)
Wulandari M. (E14100047)
Dimas Alfred (E14100069)
Laboratorium Hidrologi
Hutan dan Pengelolaan DAS
Departemen Manajemen
Hutan
Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian
Bogor
2014
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Erosi dapat menjadi suatu permasalahan
yang cukup serius pada lingkungan karena dampak erosi tersebut yang salah
satunya yaitu pengikisan tanah yang secara terus menerus akan menambah limpasan
yang tinggi dan infiltrasi yang menurun
karena topsoil tanah pun ikut terbawa menjadi sedimentasi erosi tersebut maka
kesuburan tanah menjadi berkurang dan pemadatan tanah menjadi tinggi karena
topsoil yang terkikis dan salah satu penyebabnya ialah tidak adanya vegetasi
yang perakarannya dapat menggemburkan tanah sehingga kepadatan tanah berkurang
dan infiltrasi meningkat dan berimplikasi pada limpasan yang menurun. Oleh
karena itu pada daerah kawasan hutan, nilai erosi akan lebih rendah daripada
daerah tidak berhutan, namun hal ini tentu saja dipengaruhi oleh aspek lain.
Salah satu aspek lain yang mempengaruhi
besarnya nilai Erosi ialah interpolasi sebaran curah hujan, tutupan lahan,
jenis tanah, tingkat kemiringan. Sehingga fungsi dari nilai erosi tersebut
ialah R*K*LS*CP dengan R ialah Rainfall, K ialah erodibilitas tanah, LS
merupakan nilai kemiringan, dan CP ialah tutupan lahan.
Perhitungan nilai Erosi dapat dilakukan
secara spasial, dengan memanfaatkan GIS dan dengan bantuan software ArcGIS yang
didalamnya terdapat tool yang berguna untuk menghitung nilai dari variable yang
mempengaruhi nilai erosi tersebut seperti R, K, LS, CP. Perhitungan nilai erosi
pun akan lebih mudah dan lebih cepat dengan komputerisasi yang memudahkan
proses perhitungan dengan luasan areak yang tinggi dan efisiensi waktu serta
ketelitian yang tinggi, sehingga kita dapat memanfaatkan informasi dari nilai
erosi tersebut untuk keperluan tertentu seperti klasterisasi dampak erosi untuk
rehabilitasi lahan misalnya.
Tujuan
Tujuan Praktikum Aplikasi SIG untuk menentukan Indeks Bahaya
Erosi (IBE) dan Tingkat Bahaya Erosi (TBE):
1.
Mengetahui cara perhitungan nilai erosi pada
area subdas kalimadiun dengan analisis berbasis spasial GIS menggunakan bantuan
software ArcGIS
2.
Mengetahui klasifikasi tingkat erosi pada areal
subdas kalimadiun
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
TINJAUAN PUSTAKA
Erosi merupakan suatu proses dimana tanah dihancurkan (detached) dan kemudian dipindahkan (transported) ke tempat lain oleh
kekuatan angina, air, maupun gravitasi (Hardjowigeno 1995).
Menurut Asdak 1995, ada
beberapa tipe erosi permukaan yang biasa terjadi di daerah tropis adalah :
1. Erosi percikan (splash erosion) adalah proses
terkelupasnya partikel-partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan
bebaas atau sebagian air yang lolos (throughfall)
2. Erosi kulit (sheet
erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di
daerah lereng terkikis oleh air hujan dan air larian.
3. Erosi alur (riil erosion) adalah pengelupasan yang
diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi dalam saluran-saluran
air.
4. Erosi parit (gully erosion) adalah membentuk jajaran parit yang lebih dalam dan
lebar dan merupakan lanjutan dari erosi alur.
5. Erosi tebing sungai (streambank erosion) adalah
pengikisan tanah pada tebing-tebing
sungai dan penggerusan dasar sungai oleh aliran sungai.
Erosi
dapat terjadi secara alamiah ataupun akibat aktivitas manusia. Erosi alamiah
terjadi karena proses pembentukan tanah (alami) dan proses erosi yang terjadi
untuk mempertahankan keseimbangan tanah secara alamiah. Erosi bersifat alamiah
kebanyakan masih memberikan ruang yang memadai bagi tumbuhnya tanaman. Erosi
alamiah terjadi ketika proses kerusakan tanah sama atau lebih kecil dari proses
pembentukan tanah melalui pelapukan batu. Sedangkan erosi akibat aktivitas
manusia (erosi dipercepat) terjadi karena aktivitas bercocok tanam manusia yang
tidak memperhatikan kaidah konservasi sehingga mengakibatkan kerusakan pada
fisik tanah yaitu berupa terkelupasnya tanah bagian atas. Erosi dipercepat
terjadi karena proses kerusakan tanah lebih besar daripada proses pembentukan
tanah (Asdak 1995).
Menurut
Hudson (1971) ada dua faktor yang menyebabkan erosi yaitu faktor penyebab erosi yang dinyatakan
dalam erosivitas dan faktor penyebab erosi yang dinyatakan dalam erodibilitas.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
1. Erosivitas
Erosivitas adalah hujan. Hujan dengan intensitas
rendah jarang menyebabkan erosi, tetapi hujan lebat dengan waktu yayng pendek
ataupun panjang akan mengakibatkan limpasan permukaan yang besar dan kehilangan
tanah. Sifat curah hujan yang mempengaruhi erosi adalah butir-butir hujan,
kecepatan, dan tumbukannya.
-
Faktor
erosivitas terdiri dari
1. Faktor ynag menentukan
energy, yaitu erosivitas hujan.
2. Faktor yang mempengaruhi
erosivitas yaitu kemiringan tanah dan lereng (LS)
2. Erodibilitas
Erodibilitas adalah ketidakmampuan tanah menahan
tumbukan air hujan. Tanah yang memiliki erodibilitas tinggi maka tanah tersebut
akan lebih cepat tererosi dibandingkan tanah yang memiliki erodibilitas rendah
dengan intensitas hujan yang sama. Sifat fisik, kimia, dan biologi tanah sangat
mempengaruhi erodibilitas suatu tanah.
Faktor erodibilitas terdiri dari :
1. Sifat ketahanan tanah
(K).
2. Faktor pengelolaan
tanaman (C).
3. Faktor konservasi dan
pengelolaan tanah (P).
Secara umum menurut
Wischmeier dan Smith (1978) faktor yang mempengaruhi erosi ada empat yaitu,
1. Tanah
Unsur tanah yang
mempengaruhi besarnya erosi adalah
-
Tekstur
tanah
merupakan proporsi penyusun tanah (pasir, liat,
dan debu) yang akan membentuk tipe tanah.
-
Struktur
tanah
merupakan susunan tanah yang membentuk agregat.
Struktur tanah mempengaruhi tanah dalam menyerap air.
-
Bahan
organik tanah
merupakan limbah hewan atau tanaman yang
terdapat di atas permukaan tanah ataupun di dalam tanah yang dapat meningkatkan
permeabilitas tanah dan mengurangi air larian sehingga potensi erosi dapat
diturunkan.
-
Permeabilitas
tanah
merupakan kemampuan tanah meloloskan air
2. Topografi
Tanah yang memiliki
kemiringan curam dan tidah bergelombang aliran permukaannya akan sangat cepat
dan daya pengikisannya tinggi. Begitu pula tanah yang memiliki kemiringan yang
landai dan bergelombang akan memiliki aliran permukaan yang kecil dan memiliki
kemampuan berinfiltrasi lebih besar.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
3. Iklim
Pengaruh iklim terhadap
terjadinya erosi adalah besarnya curah hujan yang akan menyebabkan tumbukan
pada lapisan atas tanah. Hujan yang intensif pada waktu pendek akan menyebabkan
erosi lebih besar dibandingkan dengan hujan intensitasnya rendah dalam jangka
waktu lama.
4. Vegetasi penutup tanah
Vegetasi memiliki
peranan yang penting dalam mengurangi erosi, antara lain :
1. Menghalangi tumbukan
langsung butiran air hujan
2. Mengurangi kecepatan run
off
3. Mengurangi daya
pengikisan tanah akibat aliran permukaan
4. Mendorong perkembangan
biota tanah
5. Memperbaiki sifat
fisika, kimia tanah melalui akar tanaman karena infiltrasi dapat ditingkatkan.
6. Menambah bahan organik
tanah sehingga resistansi terhadap erosi dapat ditingkatkan.
5. Faktor manusia atau
tindakan konservasi
Selama ini faktor
manusia adalah faktor yang paling banyak menyebabkan erosi. Manusia banyak
sekali menggunakan lahan untuk memenuhi kebutuhan mereka tanpa memperhatikan
kaidah konservasi. Erosi akan selalu terjadi walaupun di tempat yang telah
dikelola secara lestari sekalipun, tetapi erosi dapat diminimalisir dengan
mengurangi faktor-faktor yang dapat menyebabkan erosi.
Pengaruh erosi disamping
merupakan sumber penghasil sedimentasi juga menyebabkan merosotnya kesuburan
tanah secara fisik maupun kimia sehingga dapat menurunkan produktivitas tanah
dan daya dukung tanah untuk pertanian. Hal ini dikarenakan terkikisnya lapisan
tanah yang subur akibat erosi.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan di ruang Auditorium 1 Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor pada hari Kamis 20 Maret 2014 pukul 09.00
WIB-12.00 WIB.
Alat
dan Bahan
Alat :
1.
Laptop
2.
Perangkat Lunak GIS (ArcGIS 9.3)
3.
Perangkat Lunak Ms.word
Bahan :
1.
Data extract spline
Langkah
Praktikum
1. Buka aplikasi ArcGIS 9.3
2.
Buka
data extract_spline
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
3.
Membuat faktor R
Spatial
Analyst - Raster
Calculator-kemudiam tulis persamaan : R=0.0483x P1,610- Evaluate
Hasil dari faktor R
4.
Membuat Faktor K
Spatial Analyst-convert- features to raster
Features to raster-
Input features : Jenis_Tanah_UTM, Field: Nilai_K, output cell size :30, output
rasternya:.....//jenis_tanah_UTM, OK
Hasil faktor K
5.
Membuat faktor CP
Spatial analyst-
convert- features to raster (tuplah_UTM)
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Hasil features to raster tuplah_UTM
6.
Input Data
Add
Data Solo_UTM
Slope dengan cara: Spasial Analysis-slope
Slope
Hasil dari slope
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
7.
Indeks Bahaya Erosi (IBE)
Spatial Analyst- raster calculator
Raster calculator- membuat
persamaan [Rainfall]*[Faktor k]*[Faktor CP]*[Slope]- Evaluate
Hasil Raster calculator
Hasil kalkulasi raster calculator
dikelaskan kembali
Calculator-klik kanan- Data- Marker
permanent
Spasial Analysis-reclassify –classify-
pilih classification method- manual
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Spasial Analysis-convent-
Raster to features
Beri nama pada Output raster : IBE_5Klass lalu
convert ke dalam bentuk features dan beri nama IBE:
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
8.
Tingkat
Bahaya Erosi (TBE)
Add data Solum_utm,
ArcToolbox -Analysis Tools -Overlay - Intersect
Input
Features tambahkan Layer “IBE”
dan Layer “Solum_utm” ke window Intersect selanjutnya beri nama Output Feature Class dengan nama “TBE”
9.
Menambahkan Informasi TBE ke dalam kolom “Field TBE”
pada Layer
Klik kanan pada Layer “TBE” Open
Attributes Table Options Add Field
Klik
options- select by attributes-Klik
kanan Field “TBE” field Calculator
Masukkan rumus :” Gridcode”=1
AND “SOLUM” =”Sangat Dangkal” – Apply
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Setelah terpilih,
memberikan informasi tingkat bahaya erosinya dengan menggunakan Field Calculator sesuai dengan
klasifikasi.
Dengan klasifikasi
sangat rendah, rendah, sedang, berat, dan sangat berat.
Lakukan hal yang sama
berkali-kali untuk kelas Gridcode dan Solum yang berikutnya sampai semuanya
terisi
10. Menghitung Luas Sebaran Tingkat Bahaya Erosi
Options - Add Field -
Klik kanan Field “Luas_M2- Calculate
Geometry
HASIL DAN PEMBAHASAN
Praktikum
kali ini berkaitan dengan penentuan Indeks Bahaya Erosi (IBE) dan Tingkat
Bahaya Erosi (TBE) menggunakan perangkat lunak SIG (Sistem Informasi Geografi).
Penentuan IBE menggunakan rumus USLE (Universal Soil Loss Equation dengan
persamaan : A = R x K x LS x CP. Dengan
A adalah jumlah tanah yang hilang (ton/ha/tahun), R adalah erosivitas curah
hujan rata-rata tahunan, K adalah indeks erodibilitas tanah, LS adalah indeks
panjang dan kemiringan lereng dan CP adalah faktor pengelolaan. Sedangkan
penentuan TBE dapat diketahui dari perpaduan antara kelas IBE dengan solum
tanah.
Pada
praktikum ini membutuhkan hasil interpolasi curah hujan dengan metode spline
(hasil praktikum minggu lalu) untuk menentukan nilai R. Nilai R diperoleh dari
hasil raster calculator (pada menubar spatial analyst) dengan menuliskan rainfall = (0.043*Pow[spline_solo],1.610))
yang kemudian klik evaluate, maka hasilnya akan tampak seperti gambar berikut:
Gambar
1. Hasil evaluate rainfall
Yang
kedua yaitu nilai K , nilai K dapat diketahui dari tabel atribut pada jenis
tanah. Untuk mengambil nilai K dari tabel atribut pada jenis tanah, dapat
diambil dengan cara converts features to raster, maka hasil nilai K akan tampak
seperti gambar berikut
Gambar
2. Hasil convert nilai K
Selanjutnya
nilai CP dapat diketahui dari tabel atribut pada tutupan lahan. Untuk mengambil
data nilai CP dari tabel atribut tutupan lahan, dapat dilakukan dengan cara
convert features to raster, maka akan tampak gambar seperti ini
Gambar
3. Hasil convert nilai CP
Kemudian
yang terakhir adalah menentukan nilai slope (LS). Nilai LS dapat diperoleh
dengan cara menambahkan data solo_utm (hasil pada praktikum minggu lalu) lalu
masuk ke slope pada surface analyst (di spatial analyst) dan dengan satuan
derajat, setelah itu maka akan tampak gambar seperti ini
Gambar
4. Faktor LS
Setelah
nilai rainfall, nilai K, nilai CP dan nilai LS diketahui, langkah berikutnya
adalah menentukan nilai Indeks Bahaya Rrosi (IBE). Nilai IBE dapat diketahui
dengan cara raster calculator (pada spatial analyst) dengan menuliskan
[rainfall]*[faktor_K]*[faktor_CP]*[Slope] yang kemudian di evaluate (dengan
nama file calculation), akan tetapi hasil yang didapat belum permanen. Untuk
membuat data permanen dapat dilakukan dengan cara klik kanan pada layer
calculation pilih data dan kemudian klik make permanent dengan nama file ibe.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Hasil nilai ibe dapat terlihat
seperti gambar berikut
Gambar
5. Nilai IBE
Kemudian
hasil ibe tadi dikelompokan menjadi 5 kelas dengan menggunakan metode manual.
Masing-masing kelas memiliki kriteria sebagai berikut: kelas 1 memiliki nilai
0-15, kelas 2 memiliki nilai 15-60, kelas 3 memiliki nilai 60-180, kelas 4
memiliki nilai 180-480 dan kelas 5 memilki nilai >480. Pengelompokan kelas
dapat dilakukan dengan cara reclassify pada menubar spatial analyst, maka akan
tampak gambar seperti ini
Gambar
6. Kelas IBE
Karena
hasil kelas ibe masih dalam bentuk raster, maka untuk mengubah menjadi bentuk
polygon dapat di convert menggunakan raster to features dan akan menghasilkan
gambar seperti berikut
Gambar
7. Hasil convert kelas IBE (ibe_solo)
Langkah
selanjutnya menghitung luas ibe dengan cara dissolve ‘ibe_solo’ dengan memilih
gridcode. Kemudian buka tabel atribut pada ibesolo_disslove, tambahkan field
luas dan calculate geometry pada field luas (km2), maka akan diperoleh hasil
seperti tabel berikut
Tabel 1
Luas (km2) dari Masing-masing Kelas IBE
Berdasarkan
tabel diatas dapat terlihat bahwa IBE kelas 1 memiliki luas 663.96 km2, IBE
kelas 2 memiliki luas 2.11 km2, IBE kelas 3 memiliki luas 29.33 km2, IBE kelas
4 memiliki luas 120.55 dan IBE kelas 5 memilki luas 2893.93 km2. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa IBE kelas 5 memiliki luas paling
besar dan IBE kelas 2 memiliki luas paling kecil.
Setelah
nilai IBE dan luasnya diketahui, kegiatan praktikum selanjutnya adalah
menentukan nilai Tingkat Besaran Erosi (TBE). TBE dapat diketahui dengan
menggabungkan (intersect) hasil ibe dengan solum tanahnya,, maka akan tampak
seperti gambar berikut
Gambar 8. TBE
Kemudian
menambahkan field TBE pada tabel atribut intersectnya untuk mengklasifikasikan
katagori TBE menggunakan parameter solum tanah dan kelas ibe. Klasifikasi TBE
dapat dilakukan dengan cara select by attribute, misalnya jika ingin mengetahui
TBE dari jenis solum tanah sangat dangkal dengan kelas IBE 1, dapat menuliskan
“SOLUM” = ‘Sangat Dangkal’ AND “GRIDCODE” = 1 pada select by attribute nya,
maka secara otomatis data yang memiliki kelas ibe 1 dengan solum sangat dangkal
akan bergabung. Lalu melakukan filed calculator untuk memberi nama tingkat
besaran erosinya, missal untuk data yang tadi itu dengan cara menuliskan
“Berat” , maka secara otomatis akan tertulis “Berat” pada tabel TBE nya.
Setelah itu, untuk mencari luas dari TBE, perlu dilakukan dissolve dengan
mengambil data TBE. Akan tetapi karena file TBE tadi tertulis undefined pada
sourcenya, maka harus dilakukan project management pada tbe_disslove nya agar
dapat melakukan calculate geometry. Setelah itu menambahkan kolom luas (km2)
pada tabel atribut tbe_disslove dan calculate geometry, maka hasilnya akan
seperti pada tabel dibawah ini
Tabel 2
Hasil Luas (km2) pada Setiap Kategori TBE
Berdasarkan tabel diatas dapat terlihat bahwa TBE kategori
berat memiliki luas 200.32 km2 , TBE kategori rendah memiliki luas 94.89 km2,
TBE kategori sangat berat memiliki luas 2926.48 km2, TBE kategori sangat rendah
memiliki luas 456.28 dan TBE kategori sedang memiliki luas 22.75 km2. Dari
penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa TBE kategori berat memiliki luas
paling besar dibandingkan dengan kategori TBE yang lainnya.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
SIMPULAN
Berdasarkan praktikum kali ini dapat disimpulkan bahwa
penentuan IBE dapat diperoleh dengan mengalikan nilai R (rainfall), nilai K,
nilai CP dan nilai LS (slope) yang kemudian didapat 5 kelas IBE yang
masing-masing memiliki luas (km2) yang berbeda. Sedangkan kategori TBE dapat
diketahui dari perpaduan antara kelas IBE dengan solum tanah yang hasilnya
terdiri dari kategori berat, rendah, sangat berat, sangat rendah dan sedang
yang setiap kategori memiliki luas (km2) yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Asdak, C.1995. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID) :
Gadjah Mada University Press
Hardjowigeno S. 1995. Ilmu Tanah. Jakarta (ID):
Akademia Pressindo
Hudson, N.W.,1971.Soil Conservation. Ithaca New
York : Cornell University Press
Wischmeier,
W.H., and Smith L.D.,1978.Predicting Rainfall-Erosion Losses : A Guide to
Conservation Planning. USDA Agriculture Handbook
Ko gambar2-nya ga kelihatan om??
ReplyDeleteHady terima kasih sdh berkomentar,,kalau mau file aslinya bisa menghubungi saya, untuk gambar sengaja tdk saya masukkan,,
ReplyDelete