LAPORAN AKHIR PWH >> LAPORAN AKHIR PERENCANAAN PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN PT. LATIHAN LESTARI
LAPORAN AKHIR
PERENCANAAN
PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN
PT. LATIHAN LESTARI
Oleh :
Yudha
Bayu Jati Nugroho E14110116
Laboran :
Hasanudin
Dosen Pembimbing :
Prof. Dr. Ir. Elias
Dr. Ir. Ahmad Budiaman, MSc.Forst. Trop Dr. Ujang Suwarna,
S.Hut., M.Sc.
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2014
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pembukaan wilayah hutan adalah kegiatan
penyediaan prasarana atau infrastruktur seperti jaringan jalan, log pond, base
camp induk dan base camp cabang, base camp pembinaan hutan, tempat penimbunan
kayu/TPK, tempat pengumpulan kayu/TPN, jembatan dan gorong-gorong, menara
pengawas, dan lainlain (Elias 2012). Namun pembangunan prasarana PWH dapat
menyebabkan perubahan terhadap bentang alam dan kerusakan lingkungan, seperti
Antara lain kerusakan hutan, erosi, sedimentasi, penurunan kualitas air,
penurunan produktivitas hutan, dan gangguan terhadap kehidupan satwa liar.
Apabila perencanaan jaringan jalan, pembuatan
jalan dan pemeliharaan jalan tidak dilakukan dengan tepat, maka akan
mengakibatkan biaya PWH dan biaya pengangkutan yang tinggi, dan kerusakan lingungan
yang berat yang berdampak negative terhadap kehidupan social ekonomi masyarakat
di sekitar hutan dan habitat serta kehidupan fauna dan flora in – situ maupun
ex – situ (Elias 2012)
Tujuan
Adapun
tujuan yang diharapkan setelah praktikum ini adalah,
1 Mahasiswa
dapat membuat trase jalan dengan menggunakan metode langkah jangka.
2 Menilai
kelayakan suatu jaringan jalan hutan dengan parameter PWH.
3 Mahasiswa
dapat menganalisis serta memilih alternatif terbaik dalam PWH.
METODOLOGI
Waktu dan Tempat
Praktikum
ini dilaksanakan setiap hari Rabu di Lab. GPHH 105 (Pemanenan Hasil Hutan)
Fakultas Kehutanan IPB pukul 12.30 – 15.30 WIB.
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan
adalah
1. Peta
Sebaran Pohon dan Peta Kontur dengan skala
2. Alat
tulis
3. Kalkulator
4. Penggaris
5. Jangka
6. Millimeter
blok
7. Aplikasi
Microsoft Excel
8. Curvimeter
9. Planimeter
10. Busur
derajat
11. Pensil
warna
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada saat
praktikum, dilaksanakan dengan tahapan – tahapan sebagai berikut:
1. Membuat
petak dengan ukuran 4 cm x 4 cm pada peta sebaran pohon dengan skala 1: 5000
2. Mengelompokkan
kelas – kelas lereng dengan melihat kontur yang ada pada peta, hal – hal yang
dilakukan adalah:
Membuat
kotak – kotak dengan ukuran 4 cm x 4 cm dan di tentukan
10 kotak secara acak pada peta
• Membuat
garis diagonal pada kotak
• Menarik
garis hingga kontur terakhir yang paling rapat (Menaiki Lereng)
• Mengukur
jarak Antara kontur terakhir dengan pusat diagonal yang dibuat
• Menghitung
kelas lereng dengan rumus:
Dimana: BT
= Beda tinggi (m)
JD
= Jarak datar pada peta (cm)
S
= Faktor Skala Peta
Tabel 1. Kelompok kelas lereng
Kelas Lereng
|
% Kelerengan
|
Keterangan
|
1
|
0 - < 8
|
Datar
|
2
|
8 - < 15
|
Landai
|
3
|
15 - < 25
|
Sedang
|
4
|
25 - < 40
|
Curam
|
5
|
>40
|
Sangat curam
|
3. Mewarnai
peta kontur dengan bantuan kotak – kotak yang dibuat, dengan kesepakatan
seperti pada table berikut
Tabel 2. Kelas warna peta
Kelas
|
Jumlah Kontur
|
Warna
|
1
|
<= 4
|
Hijau
|
2
|
5 – 6
|
Kuning
|
3
|
7 – 8
|
Biru
|
4
|
9 – 10
|
Merah muda
|
5
|
>= 11
|
Merah
|
4. Delineasi
sungai dengan mencari letak sungai pada peta topografi tersebut kemudian
memberikan garis tebal dengan spidol untuk menentukan kawasan konservasi.
5. Delineasi
kawasan lindung dan menghitung luas kawasan lindung
a. Menentukan
kawasan lindung dengan menandai daerah kontur tertentu
• Memberikan
garis tebal dengan symbol untuk mencetak kawasan lindung dari literature
• Daerah
sepanjang aliran sungai didelineasi secara memanjang dengan ukuran lebar 100 m
kanan sungai dan 100 m kiri sungai atau di peta tiap ordo sungai memiliki
ukuran lebar kiri dan kanan sungai diantaranya sebagai berikut:
Ordo 1 = 0,2 cm
Ordo 2 = 0,3 cm
Ordo 3 = 0,4 cm
Ordo 4 = 0,5 cm
Kakisu 5 m = 2,5 mm
Kakisu 10 m = 5 mm
b. Menghitung
luar kawasan lindung dengan menggunakan planimeter
Planimeter
dikalibrasi dengan ukuran 14,9 cm dan dilakukan pengukuran, setelah itu
dikalikan factor skala
6. Membuat
rencana trase jalan
Trase jalan dibuat
dengan membuat titik – titik profil pada gambar perencanaan. Syarat yang
diterapkan pada pembuatan rencana pembuatan trase jalan yaitu (1) kelerengan
memanjang jalan ≤ 10 %, sedangkan pada belokan ≤ 8%. Selain itu jari – jari
belokan ≥ 50 m pada skala peta 1:2000, jari – jari belokan ≥ 2,5 cm. Diantara
dua belokan harus ada trase lurus. Rumus yang digunakan untuk menghitung
kelerengan jalan adalah:
Kelerengan =
Menggunakan jangka
untuk membantu peletakan trase jalan pada peta, terutama dipembuatan belokan.
Panjang Tali Busur Belokan
7. Membuat
penampang memanjang
Antara dua garis kontur untuk langkah
jangka dapat dijelaskan sebagai berikut:
S =
Kemiringan (%)
∆H = Beda
ketinggian tempat kontur
Z = Jarak langkah jangka
8. Membuat
profil penampang melintang jalan dengan skala 1 :200 seperti pada contoh
berikut:
Gambar 2. Profil
penampang melintang
Pembuatan penampang melintang didasarkan
pada bentuk jalan datar, membutuhkan penggalian, atau membutuhkan timbunan.
Setelah itu diperhatikan pada pembuatan talud, bahu jalan, parit dengan minimal
kemiringan cekungan 45o dan kedalaman 1 m.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
9. Mengukur
luas galian dan timbunan untuk menghitung volume total galian dan timbunan.
Luas timbunan dan galian dapat diukur dengan menghitung luas pada grid
millimeterblok, atau dengan menggunakan planimeter.
Rumus untuk menghitung volume galian dan timbunan: V =
V = Volume gali – timbun
F = Luas penampang melintang gali – timbun
L = panjang seleksi jalan antar 2 titik profil
10. Mengukur
panjang jalan utama dan jalan cabang menggunakan curvimeter
11. Menghitung
luas hutan total dan luas produktif dengan menggunakan planimeter
12. Menghitung
REM rata – rata
REM yaitu jarak
sarad rata – rata terpendek. Diperoleh dengan membuat petak 4cm x 4cm, kemudian
dari tiap titik tersebut ditarik garis lurus ke jalan terdekat, baik jalan
utama atau jalan cabang. Rumus yang digunakan adalah:
REM =
L = jarak tegak lurus
N = jumlah titik
13. Menghitung
luas total dan luas efektif
Dengan cara mengurangi luas total dengan
petak – petak yang mempunyai kelerengan diatas 25%, dan petak-petak yang
dilalui oleh sungai.
14. Menghitung
nilai parameter teknis PWH yaitu: RET, REM, REO, TCorr, VCorr, dan persen PWH.
a. Kerapatan
jalan(WD)
Adalah panjang jalan
rata – rata yang dinyatakan dalam meter per hektar (m/ha) yang dihitung dengan
rumus:
WD =
WD
= Kerapatan jalan (m/ha)
P =
panjang jalan dipeta(cm)
Lprod
= Luas produktif (ha)
b. Spasi
jalan (WA)
Adalah jarak rata – rata antar jalan angkutan dalam satuan
meter.
Hubungan kerapatan jalan dan spasi jalan adalah sebagai
berikut:
WA =
WA
= spasi jalan (m)
WD
= kerapatan jalan (m/ha)
c. Jarak
sarad rata – rata teoritis (Reo)
Adalah jarak
terpendek rata – rata dari tempat penebangan sampai dengan jarak angkutan.
Hubungan dengan spasi jalan (WA) sebagai berikut:
• Dua
arah = (m) atau
• Satu
arah = (m) atau
d. Jarak
sarad rata – rata terpendek (Rem), dengan metode:
• Menghitung
jumlah titik yang terbentuk pada peta
• Mengukur
jarak sarad terpendek dari titik – titik tersebut ke jalan terdekat atau TPn
• Menghitung
jumlah total jarak sarad terdekat tersebut
• Menghitung
jarak sarad rata – rata tependek, dengan rumus:
Rem =
e. Jarak
sarad sebenarnya (Ret)
Mencari literature mengenai jarak sarad
rata – rata sebenarnya di lapangan dengan menggunakan cara manual terbaru dari
penelitian – penelitian yang telah dilakukan.
f. Menghitung
factor koreksi
•
Factor koreksi jaringan jalan digunakan untuk
mengoreksi tata letak jalan dilapangan. Nilai ini diperoleh dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
VCorr =
•
Factor koreksi jarak sarad digunakan untuk
mengoreksi jarak sarad di lapangan. Nilai ini diperoleh dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut:
TCorr =
• Faktor
koreksi PWH
KG = VCorr x TCorr
g. Persen
PWH (E%)
Persen PWH € adalah
perbandingan Antara wilayah yang terbuka (dapat dilayani atau dijangkau dengan
mudah dengan adanya PWH) dengan luas hutan total yang dinyatakan dalam persen,
dihitung dengan rumus:
E% =
h. Bilangan
PWH
Bil PWH =
15. Pemilihan
alternative PWH yang baik dengan Microsoft excel menggunakan
metode utility analisis.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
1. Peta dasar
Tabel 1. Sampel Kelerengan Peta Dasar
Petak
Ukur
|
Lereng
(%)
|
Kelas Lereng
|
Keterangan
|
Warna
|
1
|
44,44
|
5
|
Sangat curam
|
|
2
|
10,34
|
2
|
Landai
|
|
3
|
20,83
|
3
|
Sedang
|
|
4
|
11,11
|
2
|
Landai
|
|
5
|
11,67
|
2
|
Landai
|
Tabel 2. Tally sheet Trase Jalan
No
|
NoTitik profil
|
JD (m)
|
∆H (m)
|
Kemiringan
(%)
|
Keterangan
|
1
|
A – 1
|
104
|
1
|
0,96
|
Lurus
|
2
|
1 – 2
|
100
|
9
|
9
|
Lurus
|
3
|
2 – 3
|
90
|
7
|
7,7
|
Lurus
|
4
|
3 – 4
|
39,25
|
1,5
|
3,8
|
Belokan
|
5
|
4 – 5
|
39,25
|
3
|
7,6
|
Belokan
|
6
|
5 – 6
|
40
|
5
|
5
|
Lurus
|
7
|
6 – 7
|
39,25
|
3
|
7,6
|
Belokan
|
8
|
7 – 8
|
39,25
|
1
|
2,5
|
Belokan
|
9
|
8 – 9
|
95
|
1
|
1,05
|
Lurus
|
10
|
9 – 10
|
51,8
|
4
|
7,7
|
Belokan
|
11
|
10 – B
|
51,8
|
1
|
1,93
|
Belokan
|
Tabel 3. Penampang melintang jalan,
galian – timbunan
TP
|
JD
(m)
|
Luas (m2)
|
Luas Rata – rata
(m2)
|
Volume (m3)
|
|||
T
|
G
|
T
|
G
|
T
|
G
|
||
A
|
2,52
|
6,16
|
|||||
104
|
1,82
|
5,52
|
189,28
|
574,08
|
|||
1
|
1,12
|
4,48
|
|||||
100
|
1,12
|
74,58
|
112
|
7458
|
|||
2
|
0
|
144,69
|
|||||
90
|
0,88
|
75,32
|
79,2
|
6778,8
|
|||
3
|
0,88
|
5,96
|
|||||
39,25
|
1,4
|
4,56
|
54,95
|
178,98
|
|||
4
|
1,92
|
3,16
|
|||||
39,25
|
1,92
|
5,26
|
75,36
|
206,45
|
|||
5
|
0
|
7,36
|
|||||
40
|
0,48
|
4,88
|
19,2
|
195,2
|
|||
6
|
0,48
|
2,4
|
|||||
39,25
|
0,36
|
2,14
|
14,13
|
83,995
|
|||
7
|
0,24
|
1,88
|
|||||
39,25
|
0,32
|
3,18
|
12,56
|
124,815
|
|||
8
|
0,4
|
4,48
|
|||||
95
|
0,4
|
22,9
|
38
|
2175,5
|
|||
9
|
0
|
41,32
|
|||||
51,8
|
0,64
|
23,44
|
33,152
|
1214,192
|
|||
10
|
0,64
|
5,56
|
|||||
51,8
|
0,64
|
4,88
|
33,15
|
252,784
|
|||
B
|
0
|
4,2
|
|||||
Total
|
689,6
|
8,2
|
231,65
|
9,98
|
226,66
|
660,982
|
19242,791
|
Tabel 4. Luas kawasan Lindung
Jenis Kawasan Lindung
|
Luas (m2)
|
Kawasan Lindung 1
|
80
|
Kawasan Lindung 2
|
890
|
Kawasan Lindung 3
|
2490
|
Kawasan Lindung 4
|
165
|
Kawasan Lindung 5
|
105
|
Total
|
3730
|
Tabel 5. Daerah efektif
Luas Total
(Ha)
|
Luas
Kakisu
(Ha)
|
Luas Kw.
Konservasi
(Ha)
|
Panjang
jalan (Km)
|
Luas
Efektif (Ha)
|
1110
|
37,125
|
0,373
|
19100
|
1072,502
|
Tabel 6. Hasil perhitungan parameter
PWH
Panja ng Jalan
(m)
|
WD
(m)
|
WA
(m)
|
Rem
(m)
|
Ret/Trak
tor
(m)
|
Reo
|
VCo
rr
|
TCo
rr
|
E
%
|
19100
|
17,8
0
|
561,
79
|
275,
87
|
320
|
140,
44
|
1,96
|
1,16
|
51,0
2
|
Tabel 7. Perhitungan Biaya Pembuatan Jalan
Biaya Kontruksi
Jalan
(Rp/m)
|
Panjang jalan
(m)
|
Biaya Pembuatan
Jalan
(Rp)
|
10,986.41
|
19100
|
209,840,431
|
Tabel 8. Nilai Utilitas
Parameter
|
Alt 1
|
Alt 2
|
Alt 3
|
WD (m/ha)
|
17.8
|
12.2
|
11.9
|
WA (m)
|
561.79
|
819.6
|
840.33
|
VCorr
|
1.96
|
1.49
|
1.244
|
TCorr
|
1.16
|
1.04
|
1.22
|
% PWH
|
51.02
|
67.1
|
80.33
|
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Tabel 9. Alternatif parameter PWH
KRITERIA/INDIKATOR
|
ALTERNATIF
|
ALT1
|
ALT2
|
ALT3
|
|
Yudha
|
Sofyan
|
Fathan
|
|
EKONOMI
|
|||
Pengeluaran (juta)
|
2674
|
1820
|
1785
|
Nilai Skala
|
1
|
7
|
7
|
Pendapatan (juta)
|
1611.3715
|
1609.907
|
1511.372
|
Nilai Skala
|
1
|
1
|
7
|
TEKNIS
|
|||
Persen PWH
|
51.02
|
67.1
|
80.33
|
Nilai Skala
|
1
|
1
|
1
|
Panjang jalan
|
19100
|
13000
|
12750
|
1
|
7
|
7
|
|
WA
|
561.79
|
819.6
|
840.33
|
Nilai Skala
|
1
|
7
|
7
|
WD
|
17.8
|
12.2
|
11.9
|
Nilai Skala
|
7
|
1
|
1
|
VCorr
|
1.96
|
1.49
|
1.244
|
Nilai Skala
|
7
|
3
|
1
|
TCorr
|
1.16
|
1.04
|
1.22
|
Nilai Skala
|
5
|
1
|
7
|
EKOLOGI
|
|||
Luas Tebuka untuk jalan
(m2)
|
477500
|
325000
|
318750
|
Nilai Skala
|
7
|
1
|
1
|
Jumlah Pohon
ditebang
|
67
|
66
|
55
|
Nilai Skala
|
1
|
1
|
6
|
TOTAL NILAI
MANFAAT
|
43
|
32
|
64
|
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
|
ALT3
|
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
PEMBAHASAN
Ada tiga aspek perencanaan yang perlu
diperhatikan dalam penyusunan rencana pembukaan wilayah hutan yaitu aspek
teknis, aspek ekonomi dan aspek ekologi dan social. Pada proses pengambilan
keputusan pemilihan alternative di dapat alternative terpilih adalah Alternatif
3 (Fathan). Berdasarkan perhitungan hasil perencanaan menunjukkan bahwa
perencanaan Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) yang dilakukan termasuk dalam kelas
luar biasa dengan nilai E% sebesar 80.33 %. Besar kecilnya nilai persen PWH
dipengaruhi oleh jarak sarad terpendek (Rem) dan jarak sarad teoritis (Reo).
Demikian pula nilai Rem dan nilai Reo sangat dipengaruhi oleh trase jalan yang
telah dibuat. Pembuatan trase jalan yang dilakukan pada saat praktikum
menggunakan cara manual dengan penggaris dan jangka untuk belokan, yang pada
setiap konturnya mempunyai jarak 2,5cm agar tidak curam.
Pada perencanaan PWH yang dibuat oleh
praktikan, kualitas PWH yang didapat dalam kelas tidak baik nilai E yang
didapat sebesar 51,02% dengan VCorr 1,96. Dalam pengambilan keputusan
alternative digunakan metode dinamis dengan menggunakan tujuh parameter ( WD,
WA, REm, Reo, Vcorr, Tcorr, dan %PWH). Selain itu, juga menggunakan lima
kriteria atau indikator yaitu aspek ekonomi
(biaya pembuatan
jalan), panjang jalan, jarak sarad rata-rata (REm), dan aspek ekologi (volume
galian dan volume timbunan). Tiap indikator tersebut akan diberi nilai skala
yang selanjutnya berfungsi sebagai point dalam menentukan ranking untuk kelima
alternative ini. Pengambilan keputusan alternative dengan cara mengurutkan
ranking dari total point atau nilai skala yang dimiliki oleh masingmasing
alternative.
Pertimbangan aspek ekonomi, dalam perencanaan
PWH sangat ditentukan oleh panjang trase jalan utama. Berdasarkan hasil
pengukuran dan perhitungan pada alternative 3 menunjukkan panjang jalan
utamanya 12750 m. Dan pada saat praktikum disepakati biaya pembuatan jalan
sebesar Rp. 140.000/m. Sehingga total biaya untuk pembuatan jalan utama
sepenjang 12750 m adalah Rp.1785000000.
Pertimbangan aspek ekologi dalam perencanaan
PWH perlu memperhatikan luas areal produktif dan luas areal non produktif
(sempadan sungai dan kawasan lindung). Berdasarkan hasil pengukuran dan
perhitungan luas sepadan sungai sebesar 37.125 Ha dan luas kawasan lindung
sebesar 0,373 Ha maka menunjukkan total luas areal non produktif seluas 37.498
Ha. Total luas areal hutan sebesar 1110 Ha. Dengan demikian, luas areal
produktif atau luas efektif didapat dari hasil selisih Antara luas total hutan
dengan luas areal non produktif. Luas areal produktif sebesar 1072.502 Ha. Pada
biaya pembuatan jalan sepanjang 19100 m dan harga pembuatan sebesar Rp.
140000/m adalah 2674000000.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang
dapat diambil pada praktikum PWH ini ada beberapa poin, yaitu
1.
Kualitas PWH dari perencanaan yang telah dibuat
termasuk ke dalam kelas tidak baik dengan E% = 51,02 % dan Vcorr = 1,96.
2.
Biaya Pembuatan jalan utama sebesar Rp 2674000000
dengan panjang jalan 19100 m dan biaya konstruksi jalan per meter Rp 140000
3.
Berdasarkan hasil utility analysis, alternative
3 yang terpilih sebagai alternative terbaik dari keempat alternative lainnya
dengan %PWH sebesar 80,33%.
DAFTAR PUSTAKA
Elias. 2012. Pembukaan Wilayah Hutan. Bogor: IPB Press
PERHITUNGAN EXCEL UTILITAS disini
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.