RANGKUMAN ANALISIS KEBIJAKAN KEHUTANAN UTS
RANGKUMAN ANALISIS KEBIJAKAN
KEHUTANAN UTS
BAB I DASAR – DASAR TEORI KEBIJAKAN
1.
Kebijakan
adalah dasar yang memberikan arah
bagi program atau
kegiatan untuk mengatasi
masalah atau mencapai tujuan.
Kebijakan merupakan suatu
prinsip atau cara bertindak
yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan (Dunn 2000; Krott
2005; Suharto 2010).
2.
Kebijakan
(policy) adalah suatu cara bertindak yang dilakukan secara sistematis untuk mencapai tujuan tertentu.
3.
Kebijakan(policy)
merupakan suatu panduan dalam bertindak untuk mengatasi permasalahan atau mencapai sasaran tertentu.
4.
Dalam
konteks kehutanan, Krott (2005)menyatakan bahwa kebijakan kehutanan merupakan
proses tawar-menawar sosial
yang mengatur konflik kepentingan dalam
pemanfaatan dan perlindungan
hutan sesuai dengan
program dari sektor kehutanan.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
5.
Pembuatan
kebijakan (Policy making) adalah suatu proses yang terdiri dari tahap-tahap
siklus politik yang saling terkait, yaitu: formasi
kebijakan, agenda kebijakan, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan,
implementasi kebijakan, dan evaluasi kebijakan (Dunn 2000).
6.
Istilah
“kebajikan” mengacu
pada apa yang dikenal
dengan “virtues” dan “kebijaksanaan” merupakan terjemahan
dari kata “wisdom”. Dalam halini, ruang lingkup ilmu yang kita pelajari
adalah ilmu kebijakan
(policy science), sehingga
istilah “kebijakan” identik dengan terminologi “policy”.
7.
Kebijakan
(policy) hendaknya dilaksanakan dengan dilandasi nilai-nilai kebajikan
(virtues) dengan pertimbangan kebijaksanaan (wisdom)
8.
Secara ekstrem,
pertarungan kepentingan terhadap sumberdaya alam pada umumnya
mengerucut pada dua kutub yang berseberangan, yaitu: pemenuhan nafsu
keserakahan atau penegakan nilai-nilai kebajikan
9.
Pengertian
perbedaan
a.
Policy : segala
sesuatu yang berkaitan dengan cara bertindak yang dilakukan secara sistematis
untuk mencapai tujuan tertentu.
b.
Politics : hal-hal yang berkaitan dengan proses pembuatan
kebijakan (distribusi kekuasaan, resolusi konflik, pengambilan keputusan)
c.
Polity :hal-hal yang berkaitan dengan sistem politik
(kelembagaan, struktur, ideologi)
10.
Fungsi kebijakan adalah memberikan rumusan mengenai berbagai
pilihan (opsi) tindakan dan prioritas yang diwujudkan dalam program-program,
dalam rangka mencapai tujuan tertentu secara efektif.
11.
Siklus Kebijakan
a.
Formasi
kebijakan = tahapan awal dalam proses pembuatan kebijakan
b.
Agenda
Kebijakan = usulan kebijakan diagendakan oleh lembaga pembuat kebijakan dan
dibahas dalam proses perumusan kebijakan
c.
Formulasi
Kebijakan = proses pembuatan kebijakan untuk merumuskan
materi kebijakan yang
menghasilkan rancangan kebijakan
d.
Adopsi
Kebijakan = tahapan dimana suatu rancangan kebijakan diterima atau ditetapkan
secara resmi sebagai
kebijakan yang akan
diimplementasikan.
e.
Implementasi
Kebijakan = tahapan dimana suatu
kebijakan yang telah ditetapkan (diadopsi) mulai
diberlakukan atau dilaksanakan
f.
Evaluasi
Kebijakan = tahapan dimana suatu
kebijakan dievaluasi
kesesuaiannya, baik kesesuaian
substansi (materi, hiererki) maupun kesesuaian capaian
atau aspek pelaksanaannya
12.
Berdasarkan
Proses = Deskriptif ( Formasi
Kebijakan, Agenda Kebijakan, Formulasi Kebijakan), Berdasarkan Akibat = Preskriptif ( Adopsi
Kebijakan, Implementasi Kebijakan, Evaluasi Kebijakan)
BAB II TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN & MASALAH KEGAGALAN KEBIJAKAN
1.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
a.
Pengaruh tekanan dari luar = 2 ideologi bersebrangan, contoh
pengaruh external pressures dalam pengambilan keputusan besar adalah
tekanan masa mahasiswa di luar gedung parlemen yang memaksa presiden Suharto
turun dari kekuasaan tahun 1998
b.
Pengaruh Kebiasaan Lama = Tergantung kebiasaan yang berlaku &
berjalan (konservatif), Contoh Para penguasa
akan cenderung membela
kebijakan dan kebiasaan
lama karena berusaha untuk terus
mempertahankan kekuasaannya.
c.
Pengaruh sifat – sifat pribadi = kesesuaian sifat-sifat pribadinya dengan tugas
yang diemban
d.
Pengaruh dari Kelompok Luar = Diluar pengambil keputusan, intervensi
mempengaruhi kebijakan, poleksosbud
e.
Pengaruh keadaan masa lalu = pembelajaran (lesson learns)
dari keberhasilan kebijakan di
masa lalu
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
2.
Kesalahan umum dalam pengambilan keputusan
a.
Cara
berpikir yang sempit = menganggap selalu benar
b.
Masa
depan adalah pengulangan masa lalu = tidak selalu, tapi ambil pelajaran dari
sebelumnya
c.
Terlalu
menyederhanakan masalah = contoh, masalah banjir dan reboisasi
d.
Terlalu
menggantungkan pada pengalaman satu org = contoh, rapat yg melibatkan berbagai
level eselon àpengarahan
e.
Dilandasi
prakonsepsi pengambil keputusan =
f.
Tidak
ada keinginan bereksperimen = UU pemda yg berlalu buru2
g.
Enggan
mengambil keputusan tegas = villa lia di puncak
3. Tipologi model pengambil keputusan
a.
Pure
Rationally Model;pengambilan keputusan didasarkan pada kebenaran universal.
b.
Economically
Rational Model;pengambilan keputusan didasarkan pada pilihan yang paling
ekonomis.
c.
Sequential
– Decision Model; keputusan diambil berdasarkan eksperimen berbagai alternatif
yang paling efektif.
d.
Incremental
Model;keputusan dibuat dengan sedikit perubahan dari kebijakan sebelumnya.
e.
Satisfying
Model;keputusan diambil berdasarkan pilihan alternatif pertama tanpa menimbang
alternatif lain.
f.
Optimal
Model;pengambilan keputusan yang integratif sehingga diperoleh hasil optimal.
4. Kegagalan kebijakan
a.
Materi
atau substansi kebijakan buruk (bad policy) = tidak sesuai dengan kebutuhan
dan dinamika masyarakat
i.
Disharmoni
kebijakan = bertentangan dg UU
ii.
Inkonsistensi
kebijakan = substensi peraturan tidak konsisten antar kebijakan
iii.
Ambivalensi
kebijakan = maksud dari suatu
ayat atau pasal
yang tidak jelas karena memiliki makna
yang multi tafsir
b.
Implementasi
kebijakan buruk = jika dilaksanakan secara
ceroboh atau implementasinya buruk hasilnya juga akan
buruk
c.
Kebijakan
bernasib buruk = karena kondisi “force
majeur” atau akibat faktor eksternal diluar kendali pembuat kebijakan
5.
Salah
satu cara untuk mengurangi kegagalan kebijakan adalah dengan memastikan substansi kebijakan dengan
orientasi atau tujuan dibuatnya kebijakan. Banyak orang beranggapan bahwa
kebijakan diperlukan jika ada masalah atau
dengan kata lain kebijakan dibuat untuk mengatasi masalah
(lihat Islamy 2007:79-82)
6. Tiga elemen kebijakan
a.
Identifikasi dari tujuan yang ingin dicapai
b.
Taktik dan strategi dari berbagai langkah untuk mencapai
tujuan yang diinginkan
c.
Penyediaan berbagai input untuk memungkinkan pelaksanaan secara
nyata dari taktik dan strategi
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
BAB III METODE ANALISIS DAN SINTESIS KEBIJAKAN
1.
Analisis
kebijakan kehutanan dan lingkungan
dapat dilakukan dengan
metode kuantitatif maupun kualitatif. Arah
analisis kebijakan dapat
bersifat induktif (analisis
dari hal yang khusus ke umum) dan deduktif (analisis dari hal yang umum ke
khusus).
2. Arah analisis kebijakan
a.
Analisis
Kebijakan berdasarkan Proses =
bagaimana proses pembuatan
kebijakan (ex-ante)
b.
Analisis
Kebijakan berdasarkan Akibat = bagaimana akibat
dari berlakunya suatu kebijakan
(ex-post)
3. Model analisis kebijakan
a.
Model
prospektif = bentuk analisis
kebijakan yang mengarahkan kajiannya pada
masa sebelum suatu
kebijakan diterapkan
b.
Model
retrospektif = analisis kebijakan
yang dilakukan untuk mengevaluasi akibat
dari suatu kebijakan
setelah kebijakan diimplementasikan
c.
Model
integrative = merupakan perpaduan
antara model prospektif
(ex-ante) dan model retrospektif
(ex-post
4. Objek analisis kebijakan
a.
Filosofi dan substansi kebijakan = berfokus pada filosofi dan
substansi pada umumnya dapat didekati dengan analisis normative “apa yang
seharusnya”
b.
Implementasi kebijakan = fokus
dalam masalah implementasi
pada umumnya dilakukan melalui
pendekatan analisis positif, “apa yang terjadi”
5. Metode analisis kebijakan berdasarkan proses
a.
Analisis
model institusional = berdasarkan
struktur organisasi pemerintahan:
Horisontal: eksekutif, yudikatif, legislatif
Vertikal: pusat, provinsi, kabupaten, desa
b.
Analisis
model elit masa = analisis kebijakan yang difokuskan pada kelompok
elit yang dominan
i.
Kelompok
elit – penentu kebijakan
ii.
Rakyat
– (hampir) tdk terlibat dlm pengambilan keputusan
iii.
Arah
proses pembuatan kebijakan top down
c.
Analisis
model kelompok = dibuat berdasarkan
hasil pendalaman,
pengamatan, atau diskusi dengan kelompok-kelompok yang dianggap relevan
sesuai
diterapkan apabila:
Proses
pembuatan kebijakan sangat
dipengaruhi atau ditentukan oleh kelompok kepentingan (interest
group)yang kuat.
Kebijakan
yang akan dihasilkan
merupakan perimbangan (equilibrium) yang dicapai dari hasil
tarik-menarik kepentingan antar kelompok.
d.
Analisis
model system – politik
i.
respon dari
suatu sistem politik
ii.
didasarkan pada
konsep teori informasi:
input, proses, output, dan feedback)
6.
Metode
analisis kebijakan berdasarkan akibat
a.
Analisis
kebijakan model rational – comprehensive
= analisis terhadap suatu kebijakan
yang dilakukan dengan
memerhatikan kaidah-kaidah yang
rasional dengan bermodalkan pada
komprehensivitas informasi dan
keahlian pembuat keputusan
b.
Analisis
kebijakan model incremental =
dilakukan apabila kebijakan
yang akan dianalisis merupakan
kelanjutan dari kebijakan-kebijakan yang
telah ada sebelumnya dengan
sedikit memodifikasi
c.
Analisis
Kebijakan Model Mixed – Scanning =
model analisis kebijakan
yang menggabungkan model rational-comprehensive dan model incremental
7.
Empat instrumen kebijakan:
a.
Instrumen
regulasi = dalam rangka membuka
dialog lebih lanjut diantara
para pihak untuk
mendiskusikan substansi kebijakan
secara mendalam dan tepat sasaran
i.
Analisis
konten kebijakan
ii.
Analisis
struktur dan hierarki kebijakan = undang2
iii.
Analisis
konsistensi dan gap implementasi kebijakan = normative dan positif
b.
Instrumen
fiskal =
c.
Instrumen
administrasi
d.
Instrumen
informasi
8. Performa kebijakan
a.
Perilaku politik
b.
Kondisi lingkungan = kesejahteraan, urbanisasi, system
ekonomi, tk.pendidikan, ketimpangan sosial
c.
Supra kebijakan
9. Analisis kebijakan efektif
a.
IDENTIFIKASI MASALAH DENGAN BENAR
b.
KUASAI PERMASALAHAN DAN METODE ANALISIS
c.
BUATLAH
BEBERAPA ALTERNATIF ANALISIS
d.
TENTUKAN KRITERIA SAMPLE DAN ASUMSI
e.
TENTUKAN
LUARAN DAN MANFAAT ANALISIS
f.
HAPUSLAH SKENARIO ALTERNATIF YANG KURANG RELEVAN
g.
TENTUKAN
OPSI TERBAIK BERDASARKAN HASIL
ANALISIS KEBIJAKAN
h.
KOMUNIKASIKAN HASIL ANALISIS KEBIJAKAN SECARA EFEKTIF
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
ANALISIS KONFLIK KEPENTINGAN DALAM PEMBUATAN KEBIJAKAN
1.
Kebijakan adalah hasil keputusan formal dari perdebatan yang
kompleks yang melibatkan berbagai kekuatan/kekuasaan yang berpengaruh (James
Mayers and Stephen Bass, 2004.
2.
Pembuatan
kebijakan melibatkan konflik-konflik
a.
Konflik
tujuan
b.
Konflik
actor
c.
Konflik
paradigma
3.
4.
5. Karakteristik Partai Politik
a.
Dipilih
secara periodic
b.
Bersaing
pada massa mengambang (floating
voter)
c.
Program
politik difokuskan bukan pada majoritas
kader partai, tetapi kepada minoritas mengambang penentu
d.
Loyalitas anggota partai dipertahankan dengan cara (a) ancaman
tidak dipilih sebagai wakil partai untuk pemilu dan (b) memecat anggota yang
tidak sejalan dengan garis partai
e.
Tujuan utama partai: (a) memenangkan pemilu, (b) menguasai
parlemen dan (c) mendominasi pemerintahan
6. Karakteristik Kelompok Kepentingan
a.
Terorganisir
dengan baik
b.
mencari
perlindungan dari politisi & birokrat dan menolak persaingan bebas melalui
kelompok lobby yang dibangunnya
c.
Lobby
tidak jarang diikuti dengan sogokan
d.
Tidak
jarang ‘suppliers interests’ juga berubah menjadi dan/atau membiayai ‘social
interest group
7. Karakteristik Birokrat
a.
Pejabat
publik sering mempunyai kepentingan
sendiri dalam pembuatan kebijakan
b.
Mereka
membangun institusi (aturan main & organisasi) yang dapat meningkatkan kekuasaan/kewenangan
c.
Birokrat
menikmati asymmetric information,
karena partai & masyarakat tidak dapat mengontrol secara efektif melalui
pemilu (birokrat tidak dipilih melalui pemilu
d.
Karena
birokrat memiliki pengalaman &
keahlian pada bidang bidang khusus parlemen sering meminta mereka untuk
membuat peraturan di bidangnya
8.
9. Natural and social capital approach
a.
Kelestarian
diartikan sebagai perlindungan thd natural capital, manmade capital, human
capital, social capital and cultural capital untuk generasi akan datang
10. Dua aliran pembangunan berkelanjutan
a.
Weak sustainability = Deplesi SDA & L tertentu dapat
ditolerir apabila sebagian manfaat deplesi tersebut dapat menyediakan
sumberdaya pengganti,, Penurunan SDA & L
sumberdaya buatan meningkat
b.
Strong sustainability = SDA tertentu tidak tergantikan oleh
sumberdaya buatan
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
11.
Ecosystem management approach =
menekankan adanya peran sistem alam (natural systems), seperti DAS, SDA,
SDH yang harus dikelola secara terencana dengan metode-metode ilmiah àscientific forestry
a.
Perlindungan
dan pemulihan ekosistem
b.
memperhatikan
konservasi biologi, hidrologi dan aspek2 lain dalam ekologi
c.
mengintegrasikan
kepentingan manusia dan dimensi-dimensi ekologi à Bioregionalism
i.
kelemahan
1.
Faktor
sosial-politik diabaikan
2.
Membutuhkan
biaya yang besar,
12. CAC Command and Control (CAC) adalah kebijakan pengelolaan SDA atau lingkungan dengan
menggunakan standar-standar dan mengontrolnya dengan peraturan-peraturan hukum
yang disertai sanksisanksi (Turner, Pearce dan Bateman, 1994)
13.
EIB Economic Incentives Based (EIB) adalah suatu
pendekatan pengelolaan lingkungan dengan penciptaan nilai atau harga bagi
lingkungan yang lebih baik, sehingga lingkungan bukan merupakan barang gratis
(Field, 1994), contoh Contoh: Pajak emisi/limbah; Subsidi (emission subsidy)
14.
Metropolitan Governance Approach = Kelestarian diperoleh apabila
peningkatan kualitas hidup suatu komunitas tidak
menyebabkan penurunan kualitas hidup komunitas lainnya, baik yang hidup
saat ini maupun di masa akan datang.
a.
Dampak
lingkungan suatu komunitas tidak boleh menjadi beban pihak lainnya,
b.
Adanya
pembagian yang adil (fair share) antara yang menerima manfaat (users) dengan
yang menyediakan (providers)
c.
Kompensasi:
penerima membayar penyedia manfaat (users pay providers)
d.
Mendorong
kerjasama lokalitas (misal: PES), regional (misal: perjanjian pengendalian
kebakaran hutan Indonesia dengan Singapura dan Malaysia) dan
internasional/global (misal: REDD+)
15.
Apabila
konsentrasinya pada lokalitas à neighbourhood ecovillage approach
16. Cognitive Conflicts = Pertarungan
paradigma akan menghasilkan kebijakan yang multi-dimensi dan komprehensif,
namun bila tdk terkendali, konflik akan menyebabkan Cognitive Conflict (konflik
paradigm yang tdk berkesudahan)
17. Aksi Bersama (collective actions)
melalui Pembangunan Kelembagaan =
Pembangunan kelembagaan berkaitan dengan kemampuan membangun institusi
untuk meningkatkan hubungan-hubungan antar stakeholders yang selanjutnya mampu
membuat keputusan bersama (dengan biaya transaksi yang murah) sebagai
konsekuensi adanya interdependensi yang inherent dalam pengelolaan SDH.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.