PAPER PRAKTIKUM BIOMETRIKA HUTAN Kelompok 8 DOSEN Dr. Ir. Budi Kuncahyo >>> PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI DKI JAKARTA BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI dan METABOLISME TUBUH PENDUDUK
Mata
Kuliah Biometrika Hutan
PAPER
SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI DKI JAKARTA BERDASARKAN EMISI
CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI dan METABOLISME TUBUH PENDUDUK
Kelompok 8
Sholahuddin Ifhami (E14110069)
Okta Chandra Aulia (E14110077)
Muhammad Fathan (E14110080)
Donny Salaza (E14110093)
Sisah Man (E141108001)
Dosen :
Dr. Ir. Budi Kuncahyo, MS
DEPARTEMEN
MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2014
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
I.PENDAHULUAN (file asli unduh disini)
Latar Belakang
Seiring
dengan perkembangan pertumbuhan jumlah penduduk kota yang tidak mungkin dapat
dihindari, peningkatan jumlah penduduk kota mengakibatkan kualitas lingkungan kota
semakin menurun. Penurunan kualitas lingkungan salah satunya dapat dilihat dari
peningkatan kadar CO2 di udara yang disebabkan kegiatan penggunaan kendaraan
bermotor dengan jumlah yang banyak. Apabila kualitas lingkungan kota rusak,
akan berdampak pada menurunya kesehatan dan produktivitas. Oleh karena itu
lingkungan kota harus menjadi perhatian utama.
Kota
Jakarta merupakan ibu kota Negara Indonesia yang juga merupakan pusat bisnis,
politik, dan kebudayaan. Pada kenyataanya Kota Jakarta merupakan salah satu
penyumbang polutan udara karena di Kota Jakarta banyak sekali kendaraan bermotor
yang berlalu lalang setiap harinya. Selain itu luasan ruang terbuka hijau di
Kota Jakarta diyakini tidak mencukupi untuk menyerap gas CO2 yang dikeluarkan
oleh berbagai aktifitas di Kota Jakarta.
Jumlah
emisi gas CO2 semakin meningkat, maka upaya yang dapat dilakukan adalah
penambahan ruang terbuka hijau agar penambahan gas CO2 di atmosfer dapat
ditekan serendah mungkin. Akan tetapi, luasan ruang terbuka hijau di Kota
Jakarta semakin berkurang, padahal gas CO2 dapat diserap oleh vegetasi yang terdapat
pada ruang terbuka hijau.
Tujuan
Mengetahui
kebutuhan luasan ruang terbuka hijau sebagai penyerap gas CO2 yang dihasilkan
dari kegiatan transportasi dan metabolisme manusia serta daya serap gas CO2 oleh
ruang terbuka hijau.
II. METODOLOGI (file asli unduh disini)
2.1 Waktu dan Tempat
Praktikum
dilakukan setiap hari Senin pukul 13.00-16.00 WIB di RK X.303 Fakultas
Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
2.2 Jenis dan
Sumber Data
Data
yang digunakan dalam pembuatan karya ilmiah ini adalah data sekunder yang diacu
dari berbagai sumber diantaranya data potensi emisi CO2 dari skripsi Erta (2014).
1.
Data potensi emisi CO2
dari transportasi dan metabolisme penduduk di DKI Jakarta tahun 2010-2012
Tabel
1. Potensi emisi CO2 di DKI Jakarta tahun 2000–2012
Tahun
|
Emisi CO2
|
||
Manusia
(ton CO2/th)
|
BBM transportasi
(ton CO2/th)
|
Total emisi CO2 (ton CO2/th)
|
|
2000
2004
2008
2012
|
2 924 817.88
3 057 460.75
3 204 821.82
3 471 522.12
|
4 935 456.28
5 890 772.25
5 733 699.36
6 604 385.08
|
7 860 274.16
8 948 233.00
8 938 521.18
10 075 907.20
|
2.
Data luas RTH
berdasarkan jenis tutupan lahan di DKI Jakarta (BPLHD 2012)
Tabel
2. Luas RTH berdasarkan tutupan lahan DKI Jakarta tahun 2012
Tipe
Penutupan Lahan
|
Luas
(ha)
|
Vegetasi
pohon
|
1077
|
Semak
|
643
|
Sawah
|
1017
|
3.
Data daya serap CO2
pada berbagai tipe tutupan lahan (Pradiptyas 2011)
·
Vegetasi pohon :
569,07 ton/ha/tahun
·
Sawah : 12
ton/ha/tahun
·
Semak : 55
ton/ha/tahun
2.3 Pembuatan
Model
Purnomo
(2005), membagi tahapan penyusunan model menjadi lima tahap berikut:
1)
Identifikasi isu, tujuan, dan
batasan
Identifikasi
isu dilakukan untuk mengetahui permasalahan secara tepat untuk dilakukan
pemodelan. Tujuan ditetapkan setelah mengetahui isu yang akan dikemukakan.
Batasan yaitu kejelasan apa yang termasuk dan tidak termasuk kedalam model,
dapat berupa daerah atau ruang,batas waktu, atau dapat juga batas isu.
2)
Konseptualisasi model
Untuk menggambarkan model digunakan software Stella 9.02. Pada
tahapan ini data yang telah diolah diinput dan dilakukan simulasi. Satuan yang
digunakan dalam pemodelan adalah satuan waktu tahunan karena pemodelan
digambarkan berdasarkan perubahan waktu.
3)
Spesifikasi model
Spesifikasi model berupa kuantifikasi model antar komponen dengan persamaan-persamaan
numerik antara satu variabel dengan variabel yang lain dengan satuan-satuan dan
peubah waktu yang jelas.
4)
Evaluasi model
Mengacu pada Lestari (2011) bahwa tahapan ini bertujuan untuk melihat
apakah relasi yang dibuat telah logis sesuai dengan harapan atau perkiraan.
Tahapan dalam fase ini adalah:
a)
Pengamatan kelogisan model dan
membandingkan dengan kenyataan pada dunia nyata
b)
Mengamati perilaku model dengan
harapan atau perkiraan yang digambarkan pada fase konseptualisasi model.
c)
Membandingkan antara perilaku
model dengan data yang didapat dari sistem atau dunia nyata.
5) Penggunaan Model
Penggunaan
model dilakukan dengan melakukan simulasi berdasarkan skenario yang telah
ditentukan. Berdasarkan isu yang diangkat, dihitung kecukupan luasan RTH dengan
mengefektifkan fungsi penyerapan RTH.
Skenario
1: Jika RTH di DKI Jakarta 100 % adalah vegetasi pohon.
Skenario
2: Jika RTH di DKI Jakarta 60 % vegetasi pohon dan 20 % semak belukar dan 20 %
sawah.
Skenario
3: Jika RTH di DKI Jakarta 50 % vegetasi pohon, 25 % semak belukar dan 25 %
adalah sawah.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
III. HASIL DAN
PEMBAHASAN (file asli unduh disini)
3.1 Kondisi
Umum DKI Jakarta
Secara geografis wilayah DKI Jakarta
terletak antara 106°22’42" BT sampai 106°58’18" BT dan 5°19’12"
LS sampai 6°23’54" LS. Sebelah Utara DKI Jakarta berbatasan dengan Laut
Jawa, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bekasi, sebelah Selatan
berbatasan dengan Kabupaten Bogor, dan sebelah Barat berbatasan dengan
Kabupaten Tangerang. Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian
rata-rata 7 meter diatas permukaan laut.
Luas
wilayah Provinsi DKI Jakarta berupa daratan seluas 662.33 km2 dan berupa lautan
seluas 6977.5 km2 (BPS 2013). Wilayah DKI Jakarta termasuk daerah tropis
beriklim panas dengan suhu rata-rata per tahun 28 °C dengan kelembaban antara
80% sampai 90%. Temperatur tahunan maksimum 32 °C dan minimum 22 °C. Kecepatan
angin rata-rata 11.2 km/jam.
3.2 Pembuatan
Model
1. Identifikasi
isu, tujuan dan batasan
Isu
yang dikemukakan adalah mengenai perhitungan kecukupan luasan RTH di Provinsi
DKI Jakarta berdasarkan dengan tingkat emisi yang dikeluarkan dari penggunaan
bahan bakar fosil untuk kegiatan transportasi dan CO2 dari
metabolisme penduduk. Tujuan dari pemodelan ini adalah untuk menghitung
kecukupan luasan RTH di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan fungsi penyerapan CO2
dan tingkat emisi dari kegiatan transportasi di Provinsi DKI Jakarta serta
membuat simulasi kecukupan luasan RTH di Provinsi DKI Jakarta berdasarkan jenis
tutupan lahan. Batasan pemodelan adalah lingkup Provinsi DKI Jakarta, tingkat
emisi dari pembakaran bahan bakar fosil untuk transportasi dan karbondioksida
yang dikeluarkan penduduk, serta data yang digunakan untuk analisis yaitu data
tahun 2000-2012.
2.
Konseptualisasi Model
Berdasarkan
isu, tujuan dan batasan yang telah dikemukakan diatas, konseptualisasi model
dilakukan dengan metode diagram stok dan flow, dengan asumsi-asumsi sebagai
berikut:
a. Inflow
- Emisi CO2
dari transportasi
- Emisi CO2
dari metabolisme penduduk
- Penyerapan
RTH yang ada di Provinsi DKI Jakarta
b. Stok
- Emisi gas CO2
dari transportasi
c. Outflow
- Sisa emisi
gas CO2
d. Variabel
(tertera pada
model yang telah dibuat)
Model
yang dikembangkan yaitu menganalisis berapa jumlah emisi yang dikeluarkan serta
pada akhirnya dianalisis berapa sisa emisi gas CO2 di udara jika terdapat ruang
terbuka hijau yang dapat menyerap gas CO2 dengan daya serap tertentu
berdasarkan jenis tutupan lahan yang berbeda.
Gambar 1. Konseptualisasi model yang di kembangkan
3. Spesifikasi Model
Emisi gas CO2
yang dianalisis dihasilkan dari kegiatan transportasi dan emisi yang
dikeluarkan oleh penduduk, sedangkan ruang terbuka hijau yang dianalisis
terdiri dari tutupan lahan sawah, semak belukar dan vegetasi pohon dengan daya
serap emisi gas CO2 yang berbeda. Berdasarkan gambar 1, diketahui sisa emisi gas
CO2 setiap tahunnya (2000-2012). Setelah mendapat nilai sisa emisi gas CO2,
kekurangan RTH bisa dihitung sehingga luasan total RTH yg dibutuhkan untuk
menyerap emisi gas CO2 tersebut dapat dihitung.
4. Evaluasi Model
Tabel. 3 Hasil
simulasi model
Tahun
|
Emisi (ton CO2)
|
Penyerapan emisi oleh RTH (ton CO2)
|
Sisa Emisi (ton CO2)
|
Luas RTH yang dibutuhkan (ha)
|
2000
|
7,860,274.16
|
660,471.07
|
7,199,803.09
|
32,573.07
|
2004
|
36,659,486.53
|
660,471.07
|
9,841,687.36
|
43,521.07
|
2008
|
69,810,534.26
|
660,471.07
|
12,483,571.63
|
54,469.07
|
2012
|
102,923,937.27
|
660,471.07
|
15,125,455.90
|
65,417.07
|
Tabel
3 menyajikan data simulasi tentang luas RTH yang dibutuhkan berdasarkan emisi
karbondioksida dari kegiatan transportasi berdasarkan dari penggunaan bahan
bakar fosil dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh manusia dari metabolisme
tubuh. Emisi tersebut setiap tahunnya mengalami penigkatan. Terdapat perbedaan
antara data emisi hasil simulasi yang cenderung over estimate dengan data pada tabel 1 yaitu emisi CO2 pada kondisi
umum di DKI Jakarta. Hal ini terjadi karena asumsi pada simulasi emisi setiap
tahunnya mengalami peningkatan.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Luas
RTH yang dibutuhkan setiap tahunnya meningkat seiring dengan meningkatnya emisi
CO2 yang dihasilkan dari kedua kegiatan tersebut yakni kegiatan transportasi
dan metabolisme manusia yang menghasilkan CO2, namun peningkatan emisi ini
tanpa diiringi pula penambahan luas RTH. Pada tahun 2012 kebutuhan RTH untuk
menyerap emisi yang ada membutuhkan luasan mencapai 65267,86 ha namun pada kondisi
lapang luas RTH yang tersedia hanya 2737 ha. Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa RTH yang ada belum mampu menyerap emisi CO2 yang ada.
Penambahan
luas RTH di DKI Jakarta sudah tidak memungkinkan lagi karena pembangunan pada
saat ini lebih mengutamakan pembangunan infrastruktur, gedung perkantoran,
apartemen dan lain-lain yang tentunya mengabaikan lingkungan. Sehingga
alternatif lainnya yang mungkin untuk menyerap emisi CO2 tersebut dengan
mengefektifkan daya serap RTH salah satunya dengan skenario alternatif misalnya
seluruh RTH di DKI Jakarta berupa vegetasi, vegetasi + sawah dan gabungan
vegetasi, semak, sawah.
5. Penggunaan Model
Tabel 4. Hasil
Simulasi Skenario 1: Jika RTH di DKI Jakarta 100% adalah vegetasi pohon
Tahun
|
Emisi (ton CO2)
|
Penyerapan emisi oleh RTH (ton CO2)
|
Sisa Emisi (ton CO2)
|
Luas RTH yang dibutuhkan (ha)
|
2000
|
7,860,274.16
|
1,557,544.59
|
6,302,729.57
|
13,812.49
|
2004
|
33,071,192.44
|
1,557,544.59
|
12,532,907.93
|
24,760.49
|
2008
|
62,633,946.08
|
1,557,544.59
|
18,763,086.29
|
35,708.49
|
2012
|
92,159,055.00
|
1,557,544.59
|
24,993,264.65
|
46,656.49
|
Tabel 5. Hasil
Simulasi Skenario 1: Jika RTH di DKI Jakarta 60% adalah vegetasi pohon, 30%
sawah dan 10% semak belukar.
Tahun
|
Emisi (ton CO2)
|
Penyerapan emisi oleh RTH (ton CO2)
|
Sisa Emisi (ton CO2)
|
Luas RTH yang dibutuhkan (ha)
|
2000
|
7,860,274.16
|
961,896.75
|
6,898,377.41
|
22,365.78
|
2004
|
35,453,783.78
|
961,896.75
|
10,745,964.42
|
33,313.78
|
2008
|
67,399,128.77
|
961,896.75
|
14,593,551.44
|
44,261.78
|
2012
|
99,306,829.03
|
961,896.75
|
18,441,138.45
|
55,209.78
|
Tabel 6. Hasil
Simulasi Skenario 1: Jika RTH di DKI Jakarta 50% adalah vegetasi pohon, 25%
sawah dan 25% semak belukar.
Tahun
|
Emisi (ton CO2)
|
Penyerapan emisi oleh RTH (ton CO2)
|
Sisa Emisi (ton CO2)
|
Luas RTH yang dibutuhkan (ha)
|
2000
|
7,860,274.16
|
826,669.80
|
7,033,604.37
|
26,024.38
|
2004
|
35,994,691.62
|
826,669.80
|
10,340,283.55
|
36,972.38
|
2008
|
68,480,944.44
|
826,669.80
|
13,646,962.73
|
47,920.38
|
2012
|
100,929,552.54
|
826,669.80
|
16,953,641.91
|
58,868.38
|
Perhitugan luas RTH yang dibutuhkan dilakukan
dengan membuat tiga alternatif (tabel 4,5 dan 6). Hasilnya, pada alternatif
pertama pada tahun 2000 yaitu jika RTH yang ada berupa vegetasi pohon maka
kebutuhan RTH yang jumlahnya setengah dari luas RTH hasil simulasi mampu
menyerap emisi CO2 di udara. Namun secara umum, ketiga alternatif tersebut
tidak berpengaruh secara signifikan, sehingga perlu dilakukan langkah lain utuk
mengurangi emisi gas CO2 tersebut selain perluasan RTH, yaitu dengan
peningkatan efektivitas RTH dengan pemilihan jenis-jenis yang mempunyai daya
serap karbon tinggi. Upaya lainnya yang dapat dilakukan yaitu penghematan bahan
bakar atau penggunaan alternatif energi yang ramah lingkungan, penghematan bahan
bakar dan konversi penggunaan BBM menjadi BBG.
KESIMPULAN (file asli unduh disini)
Kecukupan luasan RTH untuk
menyerap polusi udara dapat diketahui melalui pemodelan. Dalam model ini
menggunakan fungsi penyerapan CO2 dari tingkat emisi di DKI Jakarta. Pada tahun
2012 kebutuhan RTH untuk menyerap emisi yang ada membutuhkan luasan mencapai
65267,86 ha namun pada kondisi lapang luas RTH yang tersedia hanya 2737 ha.
Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa RTH yang ada belum mampu menyerap emisi
CO2 yang ada. Dari skenario pula secara umum peningkatan daya serap CO2 tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap kecukupan luasan RTH DKI Jakarta,
sehingga diperlukan alternatif lain untuk menurunkan emisi gas CO2 antara lain
penghematan bahan bakar, penggunaan energi bahan bakar lainnya yang ramah
lingkungan (konversi dari bahan bakar fosil menjadi bahan bakar gas) dan
pembatasan kendaraan bermotor.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
DAFTAR PUSTAKA (file asli unduh disini)
[BPLHD] Badan Pengelola Lingkungan Hidup
Daerah. 2012. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan [Internet]. [diunduh 2014
Desember 7]. Tersedia pada:
http://bplhd.jakarta.go.id/slhd2012/Docs/Data_SLHD/Buku2.htm
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2013. Jakarta
dalam Angka 2013. BPS Provinsi DKI Jakarta.
Erta, RAE. 2014. Hubungan Luas Ruang Terbuka Hijau Dan Potensi
Emisi CO2 Antropogenik Dengan Suhu Udara Di DKI Jakarta [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Pradiptiyas D, Assomadi AF, Boedisantoso R.
Analisis Kecukupan Ruang Terbuka Hijau Sebagai Penyerap Emisi CO2 di Perkotaan
Menggunakan Program Stella (Studi Kasus: Surabaya Utara dan Timur). Surabaya
(ID): Institut Teknologi Sepuluh November.
Purnomo H. 2012. Pemodelan dan Simulasi untuk
Pengelolaan Adaptif Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Bogor: IPB Press.
LAMPIRAN
1. Simulasi Model
2. Tabel Simulasi
3. Equation
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.