PAPER PRAKTIKUM BIOMETRIKA HUTAN Kelompok 2(Kamis) DOSEN Dr.Ir. Budi Kuncahyo >> Simulasi Pendugaan Debit Sub DAS Ciliwung Hulu
MAKALAH BIOMETRIKA
HUTAN
Simulasi Pendugaan Debit Sub DAS Ciliwung
Hulu
Dosen:
Dr. Ir.
Budi Kuncahyo, M.Si
Oleh:
Kelompok 2 (Kamis Pagi)
Febi Anggia Sri. P. E14110005
Elisabet T. Siregar E14110027
Tomi Yan
Nurhuda E14110032
Zsasa
Pangestika E14110033
Rian Febriawan E14110036
Ririn Dwitasari E14110041
DEPARTEMEN
MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2014
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
PENDAHULUAN (file asli unduh disini)
Latar
Belakang
Saat ini informasi hidrologi
sudah menjadi kebutuhan penting bagi manusia untuk mendukung kehidupan, seperti
memperkirakan besarnya banjir, memperkirakan jumlah air yang dibutuhkan atau dapat dimanfaatkan, memperkirakan jumlah air yang tersedia, mengendalikan
fluktuasusi aliran sungai/debit dan lain-lain. Salah satu cara untuk
mendapatkan informasi yang cepat terutama yang berbasis pada model sistem
dinamik dapat dilakukan dengan memanfaatkan
software stella. Model ini dapat mensimulasikan perubahan yang terjadi dan hasilnya dapat ditampilkan dalam suatu
hasil analisis berupa grafis dan tabulasi. Analisis grafis akan dapat
menggambarkan hubungan antar parameter atau variabel dalam bentuk grafis. Tren
grafis bisa ditampilkan dalam grafis, batang dari variabel yang saling
berhubungan. Analisis tabulasi menggambarkan hubungan antar variabel dalam
wujud angka atau numeris.
Model stella ini akan digunakan
untuk perhitungan fluktuasi debit aliran sungai dan skenario pengendalian debit
pada Sub DAS Ciliwung Hulu. Untuk melakukan pemodelan ini diperlukan data luas Sub
DAS Ciliwung Hulu, intensitas hujan, jenis dan luas tutupan lahan dan koefisien
aliran sungai Sub DAS Ciliwung Hulu. Sub DAS Ciliwung Hulu merupakan salah satu
pemasok air yang penting bagi DKI Jakarta. Kerusakan ekologis di DAS Ciliwung
yang terjadi saat ini, seperti meningkatnya lahan kritis dengan tingkat erosi
dan sedimentasi yang tinggi, fluktuasi debit yang tinggi antara musim kemarau
dan penghujan, merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya banjir dan tanah
longsor di beberapa daerah Sub DAS Ciliwung Hulu. Ini menandakan Sub DAS
Ciliwung Hulu semakin tidak sehat dengan perbedaan debit air musim kemarau dan
musim penghujan yang tinggi. Semua ini terjadi karena perilaku manusia yang
tidak ramah lingkungan seperti tidak peduli kepada lingkungan khususnya di
Sungai Ciliwung, dimana sampah banyak yang dibuang langsung ke sungai,
diperparah limbah rumah tangga yang dibuang ke sungai. Hal tersebut harus
didukung dengan perencanaan tata ruang yang baik dan sinergis antara hulu
dengan hilir.
Kerusakan
sumberdaya lahan DAS menuntut usaha-usaha perbaikan untuk peningkatan kembali
kualitas lahannya. Penggunaan suatu model hidrologi adalah salah satu cara yang
banyak digunakan untuk merencanakan pengelolaan DAS karena dapat menghemat
waktu dan biaya. Dalam model ini ditampilkan data fluktuasi debit dan dibuat
skenario untuk mengendalikan debit di Sub DAS Ciliwung Hulu, sehingga dapat
mencegah terjadinya bencana banjir dan tanh longsor di beberapa daerah Sub DAS
Ciliwung Hulu.
Tujuan
Tujuan
dari penulisan paper ini adalah melakukan pendugaan terhadap fluktuasi debit
aliran sungai dan pembuatan skenario untuk mengendalikan debit di Sub DAS
Ciliwung Hulu dengan menggunakan perangkat lunak STELLA.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
METODOLOGI (file asli unduh disini)
Waktu
dan Tanggal
Analisis
yang dilakukan menggunakan data Sub DAS Ciliwung Hulu seluas ±
15 092.15 Ha. Secara
administrasi berada di
wilayah administrasi Kabupaten
Bogor dan Kota Bogor. Pengolahan data,
analisis data serta pembuatan model dilakukan
pada bulan Desember 2014
di Departemen Manajemen Hutan,
Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan
Bahan
Data
yang digunakan terdiri dari data sekunder berupa data koefisien aliran permukaan dari masing-masing
tutupan lahan di sub Sub DAS Ciliwung Hulu yang diperoleh dari Direktorat
Jenderal Planologi Kehutanan (2013) serta data intensitas hujan dan luas
tutupan lahan Sub DAS Ciliwung Hulu diperoleh dari hasil penelitian di Sub DAS
Ciliwung Hulu oleh Cecilya Budiaman (2014). Alat pendukung dalam pembuatan
paper ini adalah Microsoft Word 2010
dan software Stella 9.0.2.
Prosedur
Pendugaan
debit puncak di Sub DAS Ciliwung Hulu dalam paper ini digunakan metode
rasional. Formula ini menentukan
debit puncak dengan persamaan (Asdak
2002; Arsyad 2010) :
Qp = 0,0028
C.I.A
.........................................(1)
Dimana, Qp = debit puncak (m3/dt)
C
= koefisien aliran permukaan
I
= intensitas hujan (mm/jam)
A=
luas areal (ha)
Pembuatan
pemodelan sistem menggunakan Software Stella 9.0.2 dengan tahapan pemodelan
sebagai berikut
1.
Formulasi Model Konseptual
Pada
fase ini, sistem dituangkan kedalam sebuah konsep untuk mendapatkan gambaran
secara menyeluruh tentang model yang dibuat. Tahapan yang dilakukan pada fase
ini adalah penetapan tujuan, batasan sistem, penggolongan komponen,
identifikasi hubungan antar komponen, penyajian
model konseptual dan penggambaran model konseptual yang diharapkan.
2.
Spesifikasi Model
Tahapan
yang dilakukan pada fase ini adalah pemilihan model, penetapan basic time unit,
identifikasi bentuk persamaan hubungan antar variabel, pendugaan parameter
persamaan, dan penyajian model persamaan.
3.
Evaluasi Model
Tahapan
yang dilakukan pada fase ini adalah menilai struktur dan hubungan fungsional
yang ada dalam model, mengevaluasi perilaku model, menguji hasil dugaan model
dengan data yang dikumpulkan dari sistem nyata dan melakukan analisis kepekaan.
4.
Penggunaan Model
Tahapan
yang dilakukan pada fase ini adalah melakukan pengujian terhadap hipotesis yang
telah disusun, melakukan pendugaan terhadap parameter penting, melakukan
simulasi melalui perubahan input untuk mengetahui perubahan perilaku model
serta melakukan percobaan untuk perbaikan manajemen.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Hasil
Gambar 1. Model sebelum skenario.
Gambar 2. Model setelah skenario.
Gambar 3. Grafik sebelum skenario.
Gambar 4. Grafik setelah skenario.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Pembahasan
Tahapan
pembuatan model meliputi identifikasi isu, tujuan dan batasan,
konseptualisasi
model, spesifikasi model, evaluasi model, penggunaan model. Identifikasi isu atau masalah sangat penting
dilakukan untuk mengetahui dimana sebenarnya pemodelan perlu dilakukan. Ini
penting dilakukan karena kesalahan melakukan identifikasi isu berakibat
kesalahan melihat permasalahan secara tepat. Isu harus dinyatakan dengan jelas
dengan kalimat sebaiknya bersifat netral, tanpa prasangka-prasangka yang tidak
disertai dengan bukti-bukti dilapangan. Berikutnya tujuan pemodelan akan
menentukan metode pemodelan, ketelitian pemodelan dan jenis pemodelan. Sedangkan
batasan adalah kejelasan apa yang termasuk dan tidak termasuk kedalam
pemodelan.
Isu
yang diangkat dalam paper ini adalah bencana banjir di Jakarta akibat meluapnya
sungai Ciliwung. BPDAS Citarum˗Ciliwung 2011, kejadian banjir yang terjadi pada
tahun 2007 telah merendam hampir 70% wilayah DKI Jakarta, dan sebagian wilayah
Kabupaten Bogor. Selain itu banjir besar juga terjadi pada tahun 2012, terjadi
akibat meluapnya sungai Ciliwung akibat sedimentasi dan penyempitan sungai
serta hilangnya fungsi resapan air di daerah hulu (Surbakti 2013). Karena
kejadian bencana tersebut diperlukan pemodelan untuk menduga debit aliran
sungai dan pembuatan skenario pengendalian debit di Sub DAS Ciliwung Hulu
sehingga banjir yang sering terjadi di Jakarta dapat diatasi. Pemodelan ini
memiliki batasan wilayah Sub DAS Ciliwung Hulu, jangka waktu yang digunakan
yaitu pada tahun 2014 sampai 2017. Dengan asumsi intensitas hujan per tahun
sama dan daya tampung Sub DAS Ciliwung Hulu sama setiap tahunnya.
Tahap
kedua dalam melakukan pemodelan adalah konseptualisasi model, yaitu fase dimana
semua orang harusnya secara mudah dapat mengikuti pola pikir yang tertuang
dalam model. Tahap kedua dalam
analisis sistem adalah spesifikasi model konseptual. Tahap ini memiliki tujuan
untuk membangun suatu kuantitatif dari model yang diinginkan serta bertujuan
untuk perumusan makna sebenarnya dari setiap relasi yang ada dalam model
konseptual. Tahap ketiga analisis sistem memiliki tujuan untuk mengevaluasi
kesesuaian model dengan tujuan yang telah ditentukan. Pada fase ini dilakukan
pengamatan kelogisan model dan membandingkan dengan dunia nyata atau model
andal yang serupa jika ada.
Fase
berikutnya adalah konseptualisasi model. Pada fase ini pemahaman kita akan
sistem yang akan dimodelkan dituangkan dalam sebuah konsep yang untuk
mendapatkan gambaran secara menyeluruh tentang model yang akan dibuat. Fase ini
dimulai dengan mengidentifikasi semua komponen yang terlibat atau dimasukan
dalam model.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Ragam
komponen yang dipakai dalam dinamika system terdiri dari state, driving variable,
konstanta, auxilary variable,
transfer material dan informasi dan source
skin. State menyatakan titik
akumulasi dari materi dalam sebuah sistem, dalam pemodelan ini contohnya adalah
debit puncak pada sungai Ciliwung. Driving
variable adalah peubah yang mempengaruhi model tetapi tidak mempengaruhi
model, contohnya adalah intensitas hujan dan luas Sub DAS Ciliwung Hulu.
Konstanta adalah nilai numerik yang menyatakan sebuah karakteristik yang tidak
berubah, dalam pemodelan ini nilai koefisien aliran permukaan dari
masing-masing tutupan lahan sebagai konstanta. Auxiliary variable adalah peubah yang muncul sebagai pembantu dalam
menentukan laju aliran transfer materi, contoh dalam pemodelan ini adalah
persen pertambahan perkebunan. Transfer informasi menyatakan transfer nilai
dari suatu peubah, contohnya adalah luas DAS yang mempengaruhi debit dan materi
menunjukan adanya transfer fisik atau materi pada periode waktu tertentu yang
dapat terjadi, contoh materi dalam pemodelan ini adalah pertambahan perkebunan.
Source skins menyatakan titik awal dan titik tujuan atau buangan dari transfer
materi.
Dalam
Pemodelan ini, antara 1 komponen dengan komponen lain memiliki interrelasi satu
sama lain yang saling mempengaruhi. Hubungan ini digambarkan dengan grafik dua
dimensi yang menyatakan basarnya debit aliran sungai di Sub DAS Ciliwung Hulu
hulu pada setiap tahunnya yang dibuat menggunakan perangkat lunak Stella. Model
ini dibuat untuk mengatasi bencana banjir di Jakarta yang diakibatkan oleh
meluapnya sungai Ciliwung. Sehingga perlu dibuat skenario yang dapat mengatasi
masalah tersebut. dalam model menjelaskan diantaranya pertambahan perkebunan,
pengurangan pemukiman di sekitar DAS dan komponen lainnya akan mengendalikan
debit puncak aliran sungai, sehingga maslah bencana banjir diharapkan akan
teratasi.
Pada
fase spesifikasi model dilakukan perumusan makna sebenarnya dari setiap relasi
yang ada dalam model konseptual. Jika pada model konseptual, hubungan dua komponen
dapat digambarkan dengan anak panah, maka pada fase spesifikasi model anak
panah tersebut dapat berupa persamaan numeric dengan satuan-satuan yang jelas.
Peubah waktu yang dipakai dalam keseluruhan model juga harus ditetapkan
(Purnomo 2012).
Pada
model yang dibuat menggunakan bentuk dasar perilaku model goal seeking yaitu
umpan balik positif menghasilkan pertumbuhan sedangkan umpan balik negatif
mencari keseimbangan dan ketidakberubahan (statis). Model ini menggunakan suatu
rujukan dari berbagai sumber. Sumber yang dipakai antara lain data curah hujan
dari BPDAS Citarum-Ciliwung, kemudian data klasifikasi tutupan lahan dan luas
dengan asumsi presentase tutupannya dan koefisien aliran permukaan. Kemudian dari
data-data tersebut dibuat skenario untuk menurunkan laju debit air sungai
ciliwung. Batasan skenario yang digunakan hanya berlaku untuk Sub DAS Ciliwung
Hulu dengn target penurunan debit selama 3 tahun.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Evaluasi model dilakukan dengan pengamatan
kelogisan model dan membandingkan dengan dunia nyata atau model yang serupa
jika ada (Purnomo 2012). Pemodelan dilakukan dengan mengganti skenario pada
koefisien aliran permukaan atau luas tutupan lahan. Tutupan lahan yang ada di
Sub DAS Ciliwung Hulu adalah perkebunan, pemukiman, tanah terbuka, sawah,
semak, hutan primer lahan kering, hutan sekunder lahan kering dan hutan
tanaman. Masing-masing tutupan lahan memiliki konstanta koefisien aliran
permukaan yang tetap. Untuk melakukan skenario dilakukan perubahan input yaitu
dengan perubahan luas dari tutupan lahan. Dengan skenario penambahan areal
berhutan tersebut saat mendekati tahun 2017 untuk menurunkan dan mengendalikan
debit di Sub DAS Ciliwung Hulu tercapai.
Pada
pemodelan initidak dilakukan uji sensitivitas pada model pertama karena
variabel intensitas hujan per tahun serta luas Sub DAS tersebut diasumsikan
sama setiap tahunnya. Dilakukan uji sensitivitas pada model kedua dengan
mengubah koefisien aliran permukaan. Uji sensitivitas dilakukan dengan
mengubah-ubah besaran peubah, kemudian mengamati dampaknya pada keluaran model
serta tidak semua peubah memengaruhi model sama besarnya (Purnomo 2012).
Perilaku model didukung dengan data sistem di dunia nyata dan beberapa data
hasil rekayasa. Apabila model dibuat tidak sesuai dengan perilaku dunia nyata
yang kompleks bukan berarti model tersebut gagal dibuat. Menurut Lee (1993)
dalam Purnomo (2012) menyatakan perilaku dari sistem alam tidak dapat dipahami
dengan lengkap sehingga prediksi perilakunya sulit dilakukan. Yang terpenting
adalah kegunaan model tersebut untuk memenuhi asumsi manusia dalam memahami
sistem alam.
Pengujian
hipotesis dilakukan dengan melalukan pendugaan debit puncak yang terjadi di Sub
DAS Ciliwung Hulu pada kondisi tahun 2014. Dari hasil
debit tersebut didapat debit yang melebihi daya tampung dari Sub DAS Ciliwung
Hulu yaitu 238.40 m3/dt, dimana daya tampung Sub DAS Ciliwung Hulu
tersebut adalah 200 m3/dt. Debit yang terjadi pada tahun 2014
melebihi daya tampung dari Sub DAS Ciliwung Hulu yang menyebabkan terjadinya
banjir di Jakarta, oleh karena itu perlu dilakukan skenario untuk pengendalian
debit di Sub DAS Ciliwung Hulu. Luas Tutupan lahan yang diskenariokan adalah
pertambahan luas hutan skunder lahan kering sebesar 14%, dan berkurangnya hutan
tanaman sebesar 4%, perkebunan sebesar dan pemukiman 5%. Perubahan luas dari
dari masing-masing tutupan lahan akan merubah koefisien aliran permukaan total
yang terjadi di Sub DAS Ciliwung Hulu. Nilai koefisien aliran permukaan total
diperoleh perkalian antara koefisien aliran permukaan masing-masing tutupan
lahan dengan luas masing-masing tutupan lahan yang kemudian di bagi dengan
total luas areal Sub DAS Ciliwung Hulu. Kemudian diperoleh nilai debit puncak
dari hasil skenario dari perkalian antara faktor koefisien aliran permukaan
total, intensitas hujan, dan luas areal Sub DAS Ciliwung Hulu. Untuk memperoleh
debit puncak yang lebih rendah dari 200 m3/dt tercapai pada tahun
2017. Tercapainya target pengendalian debit puncak ini menunjukan skenario
model yang dibuat berhasil mengendalikan fluktuasi debit puncak dengan
menggunakan asumsi konversi tutupan lahan yang terjadi. Debit puncak yang
terjadi pada tahun 2017 adalah 196.11 m3/dt.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
SIMPULAN (file asli unduh disini)
Isu
yang diangkat dalam paper ini adalah bencana banjir di Jakarta akibat meluapnya
sungai Ciliwung. Dari hasil pendugaan pada tahun
2014, daya tampung debitnya melebihi kapasitasnya yaitu 238.40 m3/dt,
dimana daya tampung Sub DAS Ciliwung Hulu hanya 200 m3/dt. Maka
dilakukan pendugaan terhadap fluktuasi debit puncak pada Sub DAS Ciliwung Hulu
dengan metode rasional. Dilakukan pembuatan skenario dengan mengubah koefisien
aliran permukaannya untuk mengendalikan debit di Sub DAS Ciliwung Hulu dengan
menggunakan perangkat lunak STELLA. Perubahan luas dari dari masing-masing
tutupan lahan akan merubah koefisien aliran permukaan total yang terjadi di Sub
DAS Ciliwung Hulu. Target pengendalian debit tercapai di tahun 2017 dengan
debit puncak sebesar 196.11 m3/dt. Tercapainya
target pengendalian debit puncak ini menunjukan skenario model yang dibuat
berhasil mengendalikan fluktuasi debit puncak.
Arsyad S. 2010.
Konservasi Tanah dan Air. Bogor (ID): IPB Press.
Asdak C. 2007.
Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): UGM Press.
Budiaman C.
2014. Alih ragam hujan menjadi debit di sub DAS Ciliwung Hulu. [skripsi].
Fakultas Kehutanan. Institut Pertanian Bogor.
Purnomo H. 2012.
Pemodelan dan Simulasi untuk Pengelolaan Adaptif Sumber Daya Alam dan
Lingkungan. Indonesia(ID) : IPB Press.
(file asli unduh disini)
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.