PAPER PRAKTIKUM BIOMETRIKA HUTAN Kelompok 9 (kamis) DOSEN Dr. Ir. Budi Kuncahyo >> PENDUGAAN KETERSEDIAAN AIR TANAH (GROUND WATER) MENGGUNAKAN SIMULASI BERBAGAI LUAS KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA JAKARTA
PENDUGAAN KETERSEDIAAN AIR TANAH (GROUND WATER) MENGGUNAKAN SIMULASI
BERBAGAI LUAS KEBERADAAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA JAKARTA
Disusun Oleh:
Kelompok 9
Riany Sulastri
|
E14110002
|
Amaliah
|
E14110021
|
Agil Hanafi Ibrahim
|
E14110035
|
Apri Dwita Kuncahya Sari
|
E14110051
|
Faris Ranggawardana
|
E14110087
|
Dosen :
Dr. Ir.
Budi Kuncahyo, MS
DEPARTEMEN
MANAJEMEN HUTAN
FAKULTAS
KEHUTANAN
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
2014
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
PENDAHULUAN (file asli unduh disini)
Latar Belakang
Air mempunyai fungsi serbaguna dan
mutlak diperlukan oleh makhluk hidup, diantaranya untuk kebutuhan industri,
domestik, tambak, maupun pertanian. Keberadaan air terutama air tanah dari lapisan
permeabel dan impermeabel, menjadikan air tanah sebagai sumber dan cadangan
air bagi penduduk. Dengan adanya airtanah yang dapat dikonsumsi oleh penduduk
maka keberadaan airtanah perlu diketahui pula ketersediaannya. Tantangan
yang dihadapi dalam pengelolaan air tanah di Indonesia adalah terbatasnya
pasokan air dari sumber air permukaan, ketergantungan yang tinggi terhadap air
tanah untuk penyediaan pasokan air dan maraknya pengambilan sumber air ini
karena tuntutan kebutuhan air yang terus meningkat dari tahun ke tahun, baik
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun pelayanan umum di pusat-pusat
perkantoran, perbelanjaan, industri, pertanian, pertambangan, dan sektor-sektor
lainnya. Ketersediaan air di dunia ini begitu
melimpah ruah, namun yang dapat dikonsumsi oleh manusia untuk keperluan air
minum sangatlah sedikit. Dari total jumlah air yang ada, hanya lima persen saja
yang tersedia sebagai air minum sedangkan sisanya adalah air laut.
Disamping bertambahnya populasi
manusia, kerusakan lingkungan merupakan salah satu penyebab berkurangnya sumber
air bersih. Pembabatan hutan dan penebangan pohon yang mengurangi daya resap
tanah terhadap air turut serta pula dalam menambah berkurangnya asupan air
bersih ini. Selain itu pendistribusian air yang tidak merata juga ikut andil
dalam permasalahan ini.Di beberapa kota besar
seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, dan Denpasar serta pusat-pusat
industri di pulau Jawa, pengambilan air tanahnya sudah begitu intensif.
Akibatnya di pusat-pusat pengambilan air tanah terjadi kemerosotan kuantitas, kualitas, dan bahkan lingkungan
air tanah. Disamping itu hal yang cukup mengkhawatirkan adalah berubahnya
daerah resapan (imbuhan) air tanah yang berubah menjadi pemukiman,
perindustrian dan yang lainnya. Di sisi lain karena peningkatan penduduk,
sehingga kebutuhan air meningkat. Sehingga dapat dikatakan persoalan air tanah
akan menjadi bertambah besar karena ketersediaan air berkurang sekaligus
kebutuhan air meningkat.
Tujuan
Adapun tujuan dari adanya makalah ini adalah untuk mendapatkan
suatu bentuk model dan memprediksi jumlah ketersediaan air tanah (ground water) di kota Jakarta berdasarkan besarnya luas hutan yang ada.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
TINJAUAN
PUSTAKA (file asli unduh disini)
Air Tanah
Air
tanah adalah air yang bergerak dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang
antara butir-butir tanah yang membentuk itu dan didalam retak-retak dari
batuan. Yang terdahulu disebut air lapisan dan yang terakhir disebut air celah (fissure
water. Keberadaan air tanah sangat tergantung besarnya
curah hujan dan besarnya air yang dapat meresap kedalam tanah. Faktor lain yang
mempengaruhi adalah kondisi litologi (batuan) dan geologi setempat. Kondisi
tanah yang berpasir lepas atau batuan yang permeabilitasnya tinggi akan mempermudah
infiltrasi air hujan kedalam formasi batuan. Dan sebaliknya, batuan dengan
sementasi kuat dan kompak memiliki kemampuan untuk meresapkan air kecil. Dalam
hal ini hampir semua curah hujan akan mengalir sebagai limpasan (run off) dan
terus ke laut. Faktor lainnya adalah perubahanlahan-lahan terbuka menjadi
pemukiman dan industri, serta penebangan hutan tanpa kontrol. Hal tersebut akan
sangat mempengaruhi infiltrasi terutama bila terjadi pada daerah resapan (recharge
area).
Air Tanah sebagai Hasil dari Sebuah Siklus Hidrologi
Airtanah terjadi dari sebuah daur hidrologi, dimana
air mengalami masuknya air ke dalam tanah (infiltrasi) dan tersimpan dalam
rongga-rongga balam lapisan geologi dan di lapisan tanah yang tersimpan di
butiran-butiran tanah, yang keberadaannya dipengaruhi oleh satuan morfologi lahan
dan struktur geologi dari tanah tersebut. Airtanah ditemukan pada formasi
geologi lapisan peremeabel (yang tembus air) dan lapisan impermeabel. Lapisan
peremeabel (yang tembus air) adalah lapisan dimana air tanah dengan mudah
melewati lapisan seperti lapisan pasir atau lapisan kerikil. Lapisan
impermeabel terbagi menjadi dua bagian, yang pertama adalah lapisan kedap air,
yaitu lapisan yang sulit dilalui air tanah seperti lapisan lempung atau
lapisan silt, yang kedua yaitu lapisan kebal air, yaitu lapisan yang menahan
air seperti lapisan batuan. Ada dua sumber air tanah yaitu :
- Air
hujan yang meresap ke dalam tanah melalui pori-pori atau retakan dalam
formasi batuan dan akhirnya mencapai muka air tanah.
- Air
dari aliran permukaan seperti sungai, danau, dan reservoir yang meresap
melalui tanah ke dalam lajur jenuh.
Pembentukan
air tanah mengikuti siklus peredaran air di bumi yang disebut daur hidrologi.
Yakni proses alamiah yang berlangsung pada air di alam, yang mengalami
perpindahan tempat secara berurutan dan terus menerus.Faktor
yang digunakan untuk memprediksi ketersediaan air adalah curah hujan dan
kondisi topografi yang meliputi ketinggian tanah, kemiringan lereng, dan
porositas tanah.
Gambar 1. Siklus Hidrologi Pembentuk Air Tanah
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Hutan dan
Infiltrasi
Infiltrasi
dapat diartikan sebagai proses masuknya air ke dalam tanah sebagai akibat gaya
kapiler (gerakan air ke arah lateral) dan gravitasi (gerakan air ke arah
vertikal). Setelah keadaan jenuh pada lapisan tanah bagian atas terlampaui, sebagian
dari air tersebut mengalir ke tanah yang lebih dalam sebagai akibat gaya
gravitasi bumi dan dikenal dengan proses perkolasi. Kondisi permukaan, seperti
sifat pori dan kadar air rendah, sangat menentukan jumlah air hujan yang
diinfiltrasikan dan jumlah runoff. Fungsi hutan dalam
ekosistem dapat dipandang dari tiga aspek berbeda, yaitu pohon, tanah dan
lansekap (landscape). Vegetasi hutan berfungsi mengintersepsi air hujan, namun
laju transpirasi yang tinggi mengakibatkan perbandingan dengan jenis vegetasi
non-irigasi lainnya. Tanah hutan memiliki lapisan seresah yang tebal, kandungan
bahan organik tanah, dan jumlah makro porositas yang cukup tinggi sehingga laju
infiltrasi air lebih tinggi dibandingkan dengan lahan pertanian. Dari sisi
lansekap, hutan tidak peka terhadap erosi karena memiliki filter berupa seresah
pada lapisan tanahnya. Hutan dengan karakteristik tersebut di atas sering
disebut mampu meredam tingginya debit sungai pada saat musim hujan dan menjaga
kestabilan aliran air pada musim kemarau. Dalam kondisi ini hutan akan mampu
berpengaruh secara efektif terhadap berbagai aspek tata air.
Analisis Sistem
Sistem adalah sekelompok elemen yang
terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan. Dalam
hubungannya dengan ilmu alam dan ilmu hayat, sistem adalah sekumpulan hubungan
fisik komponen-komponen yang dipengaruhi oleh kesatuan batas dan fungsi. Sistem
adalah suatu kumpulan dari materi-materi dan proses-proses yang “berkomunikasi”
yang bersama-sama membentuk suatu fungsi.
Analisis sistem didefinisikan sebagai aplikasi
yang bersifat paling langsung dari metode ilmiah untuk suatu masalah yang
mencakup sistem yang kompleks, analisis sistem merupakan kesatuan dari
teori-teori dan teknik untuk mempelajari, menggambarkan, dan membuat prediksi
tentang sesuatu yang kompleks yang besarnya dicirikan dengan penggunaan
prosedur-prosedur matematis dan statistik tingkat tinggi serta penggunaan
komputer. Analisis
sistem merupakan pendekatan filosofis sekaligus kumpulan teknik termasuk simulasi.
Tahapan pembentukan dan penggunaan sebuah model sistem meliputi:
1.
Identifikasi Isu, Tujuan dan
Batasan. Bertujuan untuk mengidentifikasi isu sehingga
permasalahan dapat dilihat dengan tepat. Setelah isu ditentukan, berikutnya
adalah menentukan tujuan pemodelan tersebut. Isu yang diangkat dan tujuan
pemodelan dinyatakan secara eksplisit. Setelah isu dan tujuan ditetapkan,
ditentukan batasan pemodelan yang dibangun untuk kejelasan apa yang termasuk
dan tidak termasuk dalam pemodelan.
2.
Perumusan
Model Konseptual. Tahapan
ini bertujuan membangun pemahaman terhadap sistem yang
diamati ke dalam sebuah konsep untuk mendapatkan gambaran secara menyeluruh
tentang model yang akan dibuat.
3.
Spesifikasi Model Kuantitatif. Bertujuan untuk membentuk model kuantitatif dari konsep model yang
telah ditetapkan dengan memberikan nilai kuantitatif terhadap masing-masing variabel dan menterjemahkan hubungan antar variabel
dan komponen penyusun model sistem tersebut ke dalam persamaan matematika.
4.
Evaluasi Model. Bertujuan untuk mengetahui keterhandalan model untuk mendeskripsikan
keadaan sebenarnya.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Waktu dan Tempat
Pendugaan ketersediaan air tanah (ground water)
menggunakan simulasi berbagai luas keberadaan ruang terbuka hijau di kota
Jakarta dilaksanakan pada hari Minggu, 30 November 2014
sampai hari Rabu, 17 Desember 2014. Sementara itu, praktikum Biometrika Hutan dilakukan
pada hari Kamis, 18 Desember 2014 pukul 07.00–10.00 WIB yang bertempat di RK X
304, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.
Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan pada pembuatan simulasi ini antara lain adalah:
1.
Alat tulis
2.
Kalkulator
3.
Perangkat lunak (software)
Microsoft Word
4.
Perangkat lunak (software)Stella
9.0.2. untuk pembuatan dan menjalankan model simulasi.
Sementara
itu, bahan yang digunakan adalah data sekunder yang didapatkan dari studi
putaka mengenai curah hujan tahunan, data tutupan lahan beserta luasannya
beserta data koefisien limpasan pada setiap jenis tutupan lahan di Jakarta.
Metode
Praktikum
Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pendugaan ini antara
lain sebagai berikut:
1. Menentukan
suatu topik yang menjadi problem solving
yang akan dimodelkan. Topik yang diambil pada makalah ini adalah
ketersediaan air di wilayah Kota Jakarta
2. Mencari
literatur yang terkait dengan topik
pemodelan yang telah ditentukan.Literatur yang
digunakan dalam penyusunan makalah ini meliputi air tanah, siklus hidrologi,
dan analisis sistem yang dicari melalui browsing
internet
3. Menentukan beberapa variabel
kemudian membuat simulasi keterkaitan antar variabel tersebut.Variabel yang digunakan antara lain :
-
Variabel tidak bebas : groundwater
-
Variable bebas : curah hujan sisa,
kumperkolasi
-
Auxalary variable : selisih, intersepsi, run off (RO)
-
Driving variable : curah hujan tahunan,
luas hutan jakarta, pori-pori dinding sungai, debit ciliwung, luas penampang aliran,
konduktivitas hidrolika, aquifer, gradient hidrolik, porositas tanah
4. Mencari
data dari literatur
untuk mendukung penyusunan simulasi model
5. Menyusun simulasi model
6. Menganalisis
hasil penyusunan
simulasi model yang telah dibuat
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
HASIL DAN
PEMBAHASAN (file asli unduh disini)
Sistem merupakan suatu
kumpulan kesatuan dan perangkat hubungan satu sama lain untuk mencapai tujuan
tertentu. Sistem dapat diklasifikasikan menjadi sistem alamiah (natural system) dan sistem buatan
manusia (human made system). Sistem
alamiah adalah sistem yang terjadi melalui peruses alam sedangkan sistem buatan
manusia adalah yang di rancang oleh manusia. Oleh
karena itu, ketersediaan air tanah yang merupakan kesatuan atau bagian
dari siklus hidrologi dapat diklasifikasikan ke dalam sebuah sistem alam untuk
mencapai keseimbangan ekosistem yang dapat bermanfaat bagi manusia. Pemodelan
sistem merupakan salah satu cara penyederhanaan suatu sistem untuk dilakukan
analisis, simulasi, maupun evaluasi. Proses pembuatan model sistem harus
disesuaikan dengan realita yang terjadi pada kehidupan nyata agar hasil yang
diperoleh akurat dan dapat diterapkan.
Identifikasi
Isu, Tujuan, dan Batasan
Isu yang diangkat dalam
pemodelan ini adalah pendugaan ketersediaan air tanah di kota Jakarta. Tujuan
dari penyusunan model ini ialah menentukan model terbaik dengan sekenario
perubahan luas Ruang Terbuka Hijau. Batasan yang digunakan ialah sumber air
berasal dari curah hujan diatas tanah Jakarta dan influence dari badan air Jakarta. Influence ialah masuknya air ke dalam tanah dengan berbagai arah
dari badan air. Badan air sendiri dibatasi hanya untuk sungai aja. Data jumlah
air sungai yang digunakan dalam model ini dibatasi pada data pengukuran debit
sungai Ciliwung. Batasan waktu yang digunakan ialah data tahunan. Batasan
wilayah yang digunakan ialah wilayah administratif kota Jakarta hingga
pendugaannya ke dalam tanah sehingga pergerakan air yang keluar dari wilayah
administratif Jakarta dalam bentuk perkolasi dikategorikan ke dalam outflow. Pengamatan perubahan
ketersediaan air berdasarkan RTH diujicoba pada luasan 6500 Ha, 80000 Ha, dan
110000 Ha.
Spesifikasi
Model
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
State variabel
yang mempengaruhi Infiltasi ialah Curah Hujan, Intersepsi, Run off, dan Porositas tanah. Curah hujan yang jatuh diatas
permukaan tanah ada yang langsung menumbuk tanah, ada juga yang menumbuk tajuk
yang diwakili oleh state variabel
Luas tutupan RTH. Jumlah air terinfiltrasi adalah jumlah curah hujan yang jatuh
diatas permukaan wilayah administrasi Jakarta setelah dikurangi Run off dan air terintersepsi. Semakin
luas tutupan RTH, maka semakin kecil Run
off nya dan semakin besar intersepsi nya. Kumulatif intersepsi diperoleh
dengan cara mengalikan jumlah air curah hujan terinfiltrasi dengan porositas
tanah Jakarta.
Inflow lain
yang berpengaruh langsung selain kumulatif infiltrasi ialah influence. Influence/influent didefinisikan sebagai rembesan air sungai ke
dalam tanah yang jatuh sebagai aquifer/air tanah (Asdak 2010). Influence diduga dengan menghitung
jumlah debit yang masuk ke outlet sungai Ciliwung terhadap pori-pori dinding
sungai nya. Outflow dibatasi hanya untuk
perkolasi dan bermuara pada stock
Kumulatif Perkolasi. Perkolasi merupakan hasil perkalian antara tiga state variabel yakni Luas penampang
aliran, Konduktivitas Hidrolika, dan Gradien Hidrolik. Hasil Korelasi antar
seluruh state variabel yang terkait bertumpu pada stock Ground Water. Hasil Run
Spec untuk stock Ground Water dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar
2 Respon Ground Water terhadap tiga perlakuan Luas RTH.
Grafik 1 merupakan respon Ground Water terhadap RTH
seluas 65000 Ha, sedangkan untuk Grafik 2 menyatakan respon Ground Water
terhadap RTH dengan luas 80000 Ha. Grafik 3 menyatakan respon Ground Water
terhadap luas RTH 110000 Ha.
Evaluasi
Model
Model pendugaan ketersediaan
tanah yang dibuat belum sepenuhnya siap untuk menduga kondisi aslinya. Model
yang dibuat membatasi keterlibatan lapisan aquifer tanah. Lapisan ini adalah
sejumlah air yang memang sudah ada sebelum air masuk melelui perantara Curah
Hujan yang masuk diatas wilayah Jakarta maupun influence. Agar dapat digunakan, model perlu melibatkan keberadaan
lapisan aquifer tanah dan kapasitas maksimal tanah memegang air. Kondisi
kepekaan Ground Water terhadap kondisi RTH dapat dilihat pada Gambar 2. Air
yang jatuh dari langit tanpa hambatan akan menumbuk tanah pada energi kinetik
maksiman dan menghancurkan struktur tanah. Hasilnya Run off membesar Keberadaan RTH akan meminimalisir energi kinetik
hujan yang jatuh ke tanah. Air hujan yang jatuh ke tajuk akan mengalir melalui
batang dan meresap ke dalam tanah. Tanah yang berada di bawah naungan RTH akan
memiliki lapisan organik tebal dan berkembang secara fisik-kimia-biologi. Hal
ini akan memperbaiki kondisi aerasi tanah pada keadaan yang paling optimal.
Semakin baik kualitas tanah dan semakin minimnya energi kinetik hujan, maka air
yang terinfiltrasi akan semakin besar. Perilaku model sesuai dengan dugaan. Stock Ground Water peka terhadap
perubahan luas RTH. Semakin besar luas RTH maka ketersediaan Ground Water akan bertambah.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Ketersediaan air tanah Jakarta akan meningkat apabila luas hutan semakin
besar. Oleh karena itu, untuk mencegah krisis air tanah sangat diperlukan
pengaturan luasan tutupan lahan hutan sesuai kebutuhan masyarakat karena pada
dasarnya penduduk di Jakarta dalam kesehariannya menggunakan air tanah.
DAFTAR PUSTAKA (file asli unduh disini)
Asdak C. 2010. Hidrologi dan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University
Press.
(file asli unduh disini)
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.