Cabe yang Semakin Pedas dan Listrik yang Semakin 'Nyetrum'
Cabe yang Semakin Pedas dan Listrik yang Semakin 'Nyetrum'
Oleh :
Yudha BJ Nugroho
Civitas Akademika Institut Pertanian Bogor
Urusan
rumah tangga merupakan hal yang konsen diperhatikan oleh masyarakat, apalagi
menyangkut masalah kebutuhan hidup sehari-hari. Bahan makanan yang merupakan
kebutuhan primer, menjadi sesuatu yang sensitif jika ada masalah. Cabe salah
satunya. Komoditas ini telah menjadi primadona di lidah masyarakat Indonesia. Bahkan
ada pepatah yang sering terdengar, “Tidak makan rasanya, jika tidak terasa
pedas”.
Lain
lagi halnya dengan Listrik, kebutuhan sekunder yang sekarang menjadi kebutuhan ‘sangat
primer’. Orang – orang saat ini jarang sekali yang tidak membutuhkan listrik
sama sekali, bahkan disaku celanapun saat ini ada listrik yang dibawa (Mobile
Phone. Red), sehingga jika PLN (Perusahaan Listrik Negara) yang saat ini
memonopoli kebutuhan listrik dalam negeri mengalami gangguan di beberapa
daerah/lokasi, tidak jarang masyarakat yang menghujat, apalagi sedang menonton
televisi, smartphone low battery. Yaah begitulaah...
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Dua
komoditas tersebut saat ini sedang naik daun, bukan karena mereka jadi artis,
bukan tentunya. Namun karena pemerintah berencana menaikkan tarif dasar
listrik, malah si cabe sudah melonjak duluan dari ‘kursi biasa ia duduki’. Jika
ini terjadi cabe akan terasa lebih ‘pedas’ dari biasanya, dan listrik akan
terasa lebih ‘nyetrum’ dari biasanya. Bisa dibayangkan, bagaimana teriaknya
masyrakat akan hal ini. Mau menyalahkan siapa?, pemerintah beralasan subsidi
yang lalu salah sasaran, sehingga saat ini direvisi. Nah kalo cabe, pemerintah
berlindung dengan alasan cuaca buruk, duuh..
Tapi,
mengapa masyarakat dari sejak dahulu kala yg sering koar-koar jika harga naik,
tidak belajar dari pengalaman?. Coba dipikirkan, Indonesia ini negara tropis,
matahari menyinari Indonesia sepanjang tahun, dari pada ribut terus urusan PLN,
lebih baik kita bikin sumber listrik secara mandiri, dengan memanfaatkan tenaga
surya, atau di daerah yg melimpah sungai, membuat mikro hidro. Alasan apa?.
Mahal?, toh harga panel surya sama saja dengan iuran listrik rumah tangga
selama 2 tahun,setelah itu anda gratis mendapatkan listrik, investasi mahal
diawal tidak mengapa.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Tenaga
mikro hidro yang memanfaatkan kincir air malah bisa dibangun secara gotong
royong untuk satu desa, justru lebih murah. Apa lagi yg menjadi alasan?. Untuk si
cabe, ibu-ibu rumah tangga suka menanam bunga di depan rumah, nah apa yang
didapat dari bunga, indahnya di mata? Atau rasanya dilidah? Atau beratnya di
kantong?. Coba ibu-ibu yang baik hatinya, cabut bunga-bunga ibu dari potnya dan
rubah menjadi aneka sayuran. Indahnya ibu-ibu dapat kok, ditambah rasanya juga
dapat. Mudah sekali menanam cabe, dari pada ibu-ibu hanya bisa mengomel dengan
penjual cabe dipasar., hehehe
Sekarang
tinggal manusianya, mau berubah atau tidak, atau lebih suka menyalahkan
pemerintah ya silahkan juga, itu hak manusianya. Tapi yang jelas, solusi aja
dalam diri manusia itu sendiri, berubah atau tidaknya tergantung dari orang
yang ‘berani singsingkan lengan bajunya’. Mari menjadi pelopor bagi
lingkungannya untuk bertani cabe dan ‘bertani matahari’.
----------
yudha bj nugroho
Januari - 2017
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.