Alasan Pemerintah Harus Impor Beras
[21
Sept 2018]
REPUBLIKA.CO.ID Oleh: Dessy Suciati Saputri, Melisa Riska Putri
Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan impor beras merupakan keputusan
bersama. Keputusan diambil dalam serangkaian rapat koordinasi yang melibatkan
kementerian dan lembaga terkait, termasuk Kementerian Perdagangan dan Perum Bulog.
Keputusan impor pertama kali dilakukan dalam rapat koordinasi pada 15 Januari
2018. Pemerintah memutuskan impor beras sebanyak 500 ribu ton karena harga
rata-rata beras medium melonjak menjadi Rp 11.300 per kg melebihi harga eceran
tertinggi (HET) sebesar Rp 9.450 per kg.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Saat itu, kata Darmin,
stok beras Bulog tersisa 903 ribu ton. Sedangkan, konsumsi masyarakat setiap
bulan mencapai 2,3 juta-2,4 juta ton. "Sehingga Bulog kita jaga stoknya di
angka 2 juta ton. Karena kalau di bawah 1 juta ton, kita anggap ini
masalah," ujar Darmin saat konferensi pers di Istana Presiden, Jakarta,
Kamis (20/9).
Pemerintah kemudian
memutuskan menambah impor beras sebanyak 500 ribu ton dalam rapat koordinasi
pada 19 Maret 2018. Impor ditambah karena persediaan Bulog semakin menipis
menjadi 590 ribu ton. Apalagi, impor tahap pertama belum semuanya terealisasi
karena ada hambatan di negara asal.
Selain itu, realisasi
produksi dalam negeri tak sesuai. "Pada rakor 28 Maret 2018, stok beras
kemudian tercatat naik dari 590 ribu ton menjadi 649 ribu ton," katanya.
Namun, pemerintah tak
ingin mengambil risiko karena akan menghadapi musim kemarau. Maka, kata Darmin,
diputuskan impor tambahan sebanyak 1 juta ton. Sehingga, total impor beras
sebanyak 2 juta ton.
"Setelah rakor pada
28 Maret 2018, pemerintah tak lagi mengambil keputusan impor," kata
Darmin.
Realisasi impor beras
mencapai 1,4 juta ton dari total 2 juta ton beras. Sebanyak 200 ribu ton beras
gagal diimpor dari India karena sejumlah persoalan. Sisanya sebesar 400 ribu
ton masih dalam proses.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
"Intinya impor ini
diputuskan bersama. Tidak ada yang tidak setuju. Semua setuju karena semua
sadar stok Bulog terlalu kecil," ujar Darmin.
Darmin mengatakan, dari
stok Bulog 2,2 juta ton, sebanyak 1,4 juta ton merupakan beras impor. Sedangkan,
beras hasil serapan lokal sebanyak 800 ribu ton.
Darmin mengaku segera
mempertemukan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dan Dirut Bulog Budi
Waseso yang belakangan ini berpolemik soal impor beras. Budi Waseso sempat
mengeluarkan umpatan yang mengarah kepada Mendag karena tak mau memikirkan soal
penuhnya gudang Bulog.
Bulog pun berharap
pemerintah tak lagi mengimpor beras hingga pertengahan tahun depan. "Saya
masih cari waktu dengan beliau-beliau. Akan saya pertemukan mereka," kata
Darmin.
Kepala Kantor Staf
Presiden (KSP) Moeldoko mengatakan, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sudah meminta
Menko Bidang Perekonomian Darmin Nasution memanggil Enggartiasto dan Budi
Waseso. "Secepatnya dipertemukan. Presiden sudah minta Menko (Darmin)
mengundang (Mendag dan Dirut Bulog)," kata Moeldoko di Kompleks Istana
Presiden, Jakarta, Kamis (20/9).
Menurut dia, pertemuan
tersebut perlu dilakukan sehingga koordinasi terkait pasokan beras berjalan
baik. Ia meyakini, kisruh antara Mendag dan Dirut Bulog hanya masalah
komunikasi.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Moeldoko yang juga ketua umum
Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) menilai, pemerintah masih perlu
melakukan impor beras. Menurut dia, penyusutan lahan karena adanya pembangunan
menjadi salah satu faktor berkurangnya produksi beras nasional.
"Penyusutan lahan
bisa mencapai 24 persen," kata Moeldoko.
Masifnya pembangunan, seperti jalan tol, kawasan industri, serta pembangunan
kawasan perumahan menyebabkan lahan pertanian berkurang sehingga berpengaruh
terhadap produksi beras. Kendati demikian, lanjutnya, pemerintah melalui
Kementerian Pertanian telah melakukan berbagai usaha untuk menggenjot produksi
beras. Di antaranya membuka lahan pertanian di luar Pulau Jawa serta melakukan
intensifikasi pertanian.
"Namun, sekali lagi,
faktor cuaca, faktor hama, dan lainnya sangat memengaruhi produktivitas.
Sehingga memang kita masih memerlukan impor," ujar Moeldoko.
Ketua DPR Bambang
Soesatyo menyayangkan kekisruhan terkait impor beras antara Enggartiasto dan
Budi Waseso. Ia menilai tidak seharusnya para pemimpin lembaga memperlihatkan
hal tersebut kepada masyarakat.
"Para pemimpin
lembaga seharusnya memberikan ketenangan kepada masyarakat di tengah isu
panasnya situasi politik yang ada," kata dia di Kompleks Parlemen Senayan,
Jakarta, Kamis (20/9).
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Bambang mengimbau Komisi
IV dan Komisi VI untuk mengundang Enggartiasto dan Budi Waseso. "Lebih
arif diselesaikan di kamar tertutup, buka-bukaan data, keluar bersikap satu
suara. Itu harapan kami," ujarnya.
Ketua Ikatan Pedagang
Pasar Indonesia Abdullah Mansuri sepakat dengan sikap tegas Bulog agar tak ada
lagi impor hingga Juni 2019. Menurut dia, stok beras pedagang masih banyak.
"Stok tidak
mengkhawatirkan," katanya, Kamis (20/9).
Dia mengatakan, impor
tidak jadi soal asalkan ada data jelas. Pemerintah diharapkan memiliki data
detail meliputi jumlah luasan lahan yang panen dan jumlah produksi beras setiap
kuartal.
Abdullah menuturkan,
langkah pemerintah membuka keran impor beras tak berdampak pada kondisi harga
di pasar. Menurut dia, harga beras di sejumlah pasar masih banyak yang di atas
HET.
Di Pasar Induk Beras
Cipinang (PIBC), harga beras IR 64 III sebesar Rp 8.725 per kg. Sedangkan IR 64
II sebesar Rp 9.525 per kg dan beras IR 64 I Rp 10.300 per kg.
(febrianto adi
saputro, ed: satria kartika yudha)
Sumber:https://www.republika.co.id/berita/nasional/news-analysis/18/09/21/pfd5vh440-alasan-pemerintah-harus-impor-beras
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.