Polsek Dibakar, Siapa yang Salah?
Oleh : Yudha BJ Nugroho
[16
Desember 2018]
Beberapa saat ini publik di gemparkan
dengan pemberitaan mengenai pembakaran di Polsek Ciracas. Dari semua
pemberitaan media mainstream, terutama televisi, pemberitaan menempatkan oknum
TNI sebagai pihak yang bersalah selalu digaungkan. Penggiringan opini publik
ini dilakukan seakan mendeskreditkan kekuatan Korsa yang dimiliki kesatuan TNI
dari masa ke masa.
Tugas pasukan TNI adalah sebagai penjaga
kesatuan negara, sedangkan Polisi adalah penyayom dan pelindung masyarakat. Saat
ini memang perang merupakan hal yang sangat jarang terjadi, sehingga TNI pun
lebih banyak membaur sebagai pelayan masyarakat dengan slogan TNI Manunggal,
seperti program TNI bangun desa, Operasi Penanggulangan Bencana dan lainnya.
Gambar 1 : Ilustrasi TNI Polri (Sumber : https://static.inilah.com/data/berita/foto/2476310.jpg) |
Namun bukan berarti TNI ini dianggap
‘nganggur’, tugas sebagai penjaga perbatasan tetap dilakukan, dan lagi – lagi
sembari membina masyarakat yang lebih sering kita perhatikan, ‘diabaikan’ oleh
pemerintah pusat. Kegiatan TNI yang jauh dari kata publikasi media inilah yang
menggiring opini publik bahwa TNI bukan apa – apa.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Ada satu sumber yang saya dapatkan dari
kegundahan pasukan loreng ini.
Yang menjadi titik krusial disini bukan ‘pengeroyokannya’, bahkan TNI
yang selama ini dihina, dicibir, dilecehkan, dan dikeroyok bahkan dibunuh dan
ditembak rekan Tni sendiri tetap pautuh pada hukum militer dan hukum pimpinan
TNI. Dan selama ini tidak ada pimpinan yang tegas membela, walaupun benar atau
salah.
Justru
kalau TNI salah, seakan – akan tidak ada ampun dan dianggap binatang/sampah.
Sekali
lagi ditegaskan disini , yang menjadi titik krusial bukan ‘pengeroyokannya’
akan tetapi, ‘Uniform / baju Loreng’.
Seandainya
saat terjadi pengeroyokan, rekan TNI tersebut tidak menggunakan baju loreng,
mungkin TNI tidak akan sampai seperti ini. Dimanapun yang namanya tentara, baju
loreng adalah ‘Sakral’. Ketika seseorang menggunakan baju loreng, artinya
kental dengan ‘jiwa korsa’ dan itu semua bapak – bapak jenderal yang menanamkan
pada jiwa TNI, dan semangat persaudaraan yang tinggi (brotherhood).
Begitu
ratusan ribu tentara melihat saudaranya yang menggunakan baju loreng dikeroyok
(baik langsung maupun melalui video), padahal belum tentu anggota TNI di daerah
ciracas yang dikeroyok ini, sesama TNI di Kodam Mulawarman Kalimantan Timur
misalnya, mengenali wajahnya, yang mereka tahu hanya ‘baju loreng’, rasa
persaudaraan jiwa korsa dan amarahpun timbul.
Sebegitu
rendahnya masyarakat banyak memandang baju loreng TNI? Sebegitu rendahnya
masyarakat memperlakukan TNI?
Padahal
selama ini, TNI diam dan mengalah. Rasa itu pasti muncul disanubari setiap anggota
TNI, dan dampak dari semua yang ditimbulkan serta inilah yang bisa berakibat
fatal.
Disitulah
letak kesalahan seseorang ataupun kelompok orang yang memandang ‘Loreng TNI’
dengan hina dan sebelah mata. Intinya cuma satu, tentara itu selalu legowo
diapakan saja TNI selalu siap.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Ingat
Rekan TNI berseragam loreng tersebut dikeroyok, dilecehkan mereka preman /
tukang parkir, TNI hanya minta kepada aparat penegak hukum untuk menangkap
pelaku pengeroyokan rekan kami 1 x 24 jam.
Setelah
hukum tumpul dan dipermainkan, maka loreng yang lain nya bangkit dan menggigit.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.