Tingkat Kejujuran : Indonesia di Jajaran Bawah, Unggul dari Malaysia
tirto.id - Kejujuran merupakan karakter
penting yang dapat menentukan ke mana arah sebuah bangsa dan negara melaju.
Sejumlah studi telah dilakukan oleh beberapa ahli. Mereka menemukan bahwa
kejujuran tidak hanya berpengaruh kepada kesehatan dan mental individu, namun
juga perekonomian nasional.
Sebuah penelitian pada 2012, misalnya,
menyatakan bahwa semakin sedikit seseorang berbohong, maka ia akan semakin
sehat dan bahagia. Proyek penelitian bernama "The Science of Honesty"
ini dilakukan oleh Anita E. Kelly, profesor psikologi di University of Notre
Dame.
Gambar 1 : Header Periksa Data Tingkat Kejujuran Indonesia Dinilai Rendah. tirto.id/Sabit |
Sementara dalam skala makro, kejujuran juga berpengaruh pada kondisi perekonomian suatu negara. Para ahli dalam studi "Civic Honesty Around the Globe" (2019) menerangkan: Tanpa kejujuran, banyak janji bisa dilanggar, kontrak tak dipenuhi, pajak tak dibayar, dan pemerintah menjadi korup.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Riset yang ditulis oleh Alain Cohn, dkk
tersebut meneliti perilaku jujur masyarakat di dunia yang dilakukan selama tiga
tahun. Riset ini menyasar 355 kota pada 40 negara dengan cara menyerahkan
17.303 dompet yang hilang kepada warga lokal.
Para peneliti dengan sengaja mengaku
menemukan dompet hilang dan menyerahkannya ke orang lain. Kemudian, karena alasan
adanya keperluan lain, peneliti meminta orang tersebut untuk menjaganya.
Dompet tersebut berisi uang dengan jumlah
bervariasi dan disesuaikan dengan mata uang lokal. Lalu, terdapat kunci, kartu
nama yang tertera alamat email, serta catatan belanja berbahasa lokal.
Seluruhnya dimasukkan dalam dompet transparan, sehingga orang mudah melihat isi
dompet.
Rupanya, sebanyak 40 persen orang memilih
untuk mengembalikan dompet tersebut ke pemiliknya. Hal yang lebih menarik, bila
dompet tersebut berisi uang, kemungkinan dompet kembali justru meningkat, yaitu
menjadi 51 persen.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Dari eksperimen tersebut, peneliti
mengurutkan ke-40 negara berdasarkan tingkat pengembalian dompet. Hasilnya,
negara-negara Skandinavia mendominasi peringkat teratas. Swiss menempati urutan
pertama, disusul oleh Norwegia di urutan kedua, Denmark keempat, dan Swedia
kelima. Sementara itu, posisi ketiga ditempati oleh Belanda.
Pertanyaannya: Di mana posisi Indonesia?
Di antara negara Asia, Thailand menempati posisi pertama atau peringkat 28 dari
40 negara. Selanjutnya adalah India (peringkat 30), Indonesia (peringkat 33),
Malaysia (peringkat 35), dan Cina di posisi buntut.
Pengaruh Karakter Masyarakat
Ada hal menarik dari perbedaan tingkat
pelaporan dompet yang hilang dari 40 negara tersebut. Dilansir New York Times,
peneliti ekonomi dari di Harvard Jonathan Schulz mengatakan bahwa karakteristik
masyarakat di suatu negara, seperti homogenitas dan loyalitas nasional, dapat membantu
menjelaskan perbedaan tersebut.
Negara Skandinavia yang rata-rata
berperingkat tinggi karakter masyarakatnya sangat terbuka, mobilitas tinggi,
dan tidak tinggal bersama keluarga. Sementara Cina, Malaysia, Indonesia, dan
Kazakhstan yang menempati peringkat rendah, sebut Schulz, memiliki tingkat
moralitas yang sangat kuat dalam kelompok. Bahkan, ada kemungkinan pilihan
mengembalikan dompet dianggap tidak bermoral. Alasannya: Lebih baik memberikan
uang tersebut kepada keluarga.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Sebagai catatan, Schulz tidak terlibat
dalam penelitian yang sudah disebutkan sebelumnya.
Lebih lanjut, kita bisa melihat fenomena
ini melalui laporan World Giving Index keluaran Charities Aid Foundation (CAF)
dengan fokus pada sub-indeks membantu orang asing. Dengan membandingkan laporan
CAF tahun 2018 dan studi-studi kejujuran, terlihat bahwa India, Kazakhstan, dan
Cina juga masuk dalam peringkat bawah. Sementara itu, Indonesia menempati
posisi 24 dengan skor 46 persen.
Gambar 2 : (Sumber : https://mmc.tirto.id/image/2019/07/11/tingkat-kejujuran--periksadata--sabit-02.jpg) |
Dari laporan tersebut, terlihat bahwa
negara-negara dengan peringkat atas yang memberi bantuan kepada orang asing
masuk dalam negara dengan karakter masyarakat yang dianggap individualis.
Misalnya, Amerika Serikat, Australia, Selandia Baru, dan Inggris.
Di sisi lain, dilansir NPR, Associate
Professor di bidang psikologi dan ilmu saraf di Georgetown University, Abigail
Marsh berpendapat bahwa negara dengan budaya kolektivis tinggi cenderung
memberikan bantuan utamanya kepada keluarga dan anggota kelompok dekat.
Yang menarik, masih dari New York Times,
Alain Cohn, dkk yang terkejut dengan hasil penelitian mereka kembali melakukan
riset di tiga negara: Polandia, Inggris, dan AS. Kali ini mereka menambahkan
dompet yang berisikan uang dalam jumlah yang cukup besar, yakni 94,15 dolar AS.
Hasilnya, lebih banyak orang nyatanya
mengembalikan dompet dengan uang yang cukup banyak tersebut dengan persentase
mencapai 72 persen. Sementara itu, 'hanya' 61 persen orang mengembalikan dompet
yang berisikan 13.45 dolar AS, dan untuk dompet yang tidak berisikan uang
persentasenya lebih kecil lagi, yakni 46 persen.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Cohn mengatakan, hasil tersebut
mengindikasikan bahwa orang sesungguhnya memiliki tendensi untuk memperhatikan
kesejahteraan orang lain dan, pada saat yang bersamaan, mereka tidak suka
melihat diri mereka sebagai seorang pencuri.
Penulis: Scholastica Gerintya
Editor: Ign. L. Adhi Bhaskara
Baca selengkapnya di artikel "Tingkat Kejujuran: Indonesia di Jajaran Bawah, Unggul dari Malaysia", https://tirto.id/ed4X
Yudha BJ Nugroho
– Ikuti Untuk Info Terbaru Subscribe
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.