Mati Lampu, Kerugian, dan Konspirasi Terselubung
Oleh : Yudha BJ
Nugroho
Sejak
kemarin, pemberitaan di berbagai stasiun TV nasional gencar mengenai kejadian
pemadaman listrik di hampir sebagian besar Pulau Jawa, terutama Jawa bagian
barat. Kejadian blackout yang dianggap sebagai bencana nasional ini
banyak dikeluhkan oleh masyarakat yang tinggal di perkotaan, terlebih Jakarta
yang juga terkena dampaknya.
Apalagi
di Jakarta semua fasilitas yang berkaitan dengan listrik otomatis lumpuh. Perbankan,
telekomunikasi, Kereta Rel Listrik (KRL) , Moda Rakyat Terpadu (MRT), lampu
lalu lintas, bahkan pengguna dan pengendara ojek daring. Sehingga dapat dipastikan
bagaimana semrawutnya jalanan ibukota, ditambah lagi dengan panasnya suhu
di Kota Jakarta.
Gambar 1 : Mati Listrik Massal (Sumber : https://thumb.viva.co.id/media/frontend/vthumbs2/2019/08/05/jokowi-kecewa-mati-lampu-massal-ini-penjelasan-dirut-pln-cms_5d47baa230706_viva_co_id_641_452.jpg) |
Masyarakat
pun yang terbiasa menggunakan pendingin udara di ruangan merasa tersiksa dengan
pemadaman ini. Tinggal di Kota Jakarta, bila mempunyai rezeki lebih, pastilah
sangat membutuhkan pendingin ruangan, minimal kipas angin.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Baca Juga : Mati Lampu, Kerugian, dan Konspirasi Terselubung (Jilid 2)
Pemadaman
secara tiba – tiba yang hampir memakan waktu lebih dari 6 jam ini, membuat
beberapa orang mengkalkulasi kerugian yang didapatkannya. Pengusaha toko ritel,
konveksi, bahkan pedagang industri rumahan. Negara pun juga mengkalkulasikan
kerugian yang didapat dari padamnya listrik ini, diantaranya banyak SPBU yang
juga tidak bisa melayani pembeli. Sampai – sampai Presiden mendatangai kantor Perusahaan
listrik Negara (PLN) sebagai pemegang kendali pengadaan listrik nasional.
Sebenarnya
tidakkah kita sebagai masyarakat yang baik untuk introspeksi diri, baru mati
lampu beberapa jam saja sudah mengeluh, ingatkah jika kita sudah diberi listrik
bertahun – tahun tapi tidak juga berterima kasih dengan PLN, baru beberapa jam
sudah mengkritik PLN yang macam – macam.
Sadarkah
jika listrik di pulau jawa kebanyakan dihasilkan dari Pembangkit Listrik Tenaga
Uap (PLTU) yang bahan bakarnya dari batu bara. Sedangkan batu bara sendiri di
kirim dari beberapa daerah yang justru mati lampu menjadi kebiasaan yang tidak
bisa di hindarkan.
Baru
pulau jawa yang mati lampu, negara merasa rugi. Bagaimana dengan di daerah
pelosok yang belum mendapatkan listrik, apakah negara merasa rugi. Berarti mereka
bukan dianggap sebagai bagian dari negara?
Beberapa
sumber yang saya baca, ada yang menduga ini peristiwa sabotase yang dilakukan
oleh beberapa pihak terhadap PLN. Namun kalau saya ini adalah konspirasi untuk membuka
keran bagi swasta ikut andil dalam pengadaan listrik nasional.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Kok Bisa?
Iya,
Kejadian
ini sama halnya dengan slogan “lempar kail, tarik pancing”. Tunggulah suatu
saat, nanti akan ada isu untuk menghilangkan monopoli PLN sebagai perusahaan
BUMN bagi pengadaan listrik nasional, dengan memberikan izin pada perusahaan
asing ikut masuk dalam pengadaan listrik nasional, dengan dalih menghindari
kejadian pemadaman listrik serupa, atau memenuhi kebutuhan listrik nasional
yang saat ini masih 76 %.
Jadi, ?
Pemadaman
kemarin, apakah disengaja ataukah murni bencana?
Yudha BJ Nugroho – Ikuti Untuk Postingan
Terbaru Subscribe
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.