3 Pelajaran Bisnis dari Kasus Kejatuhan NET TV
Menyusul rumor tentang PHK karyawan NET
TV, akhirnya manajemen Net mengakui memang ada proses efisiensi jumlah
karyawan. Para karyawan secara sukarela diminta untuk mengundurkan diri demi
perampingan organisasi.
Penyebabnya jelas : kinerja bisnis dan
keuangan Net TV masih mengecewakan. Bahkan sejak tahun lalu lalu, penyandang
dana Indika Group resmi mundur alias pecah kongsi dengan pengelola Net TV.
Net TV didirikan oleh Wishnutama, figur
brilian dalam industri televisi, yang dulu juga sempat membuat TransTV berjaya
dengan aneka programnya yang memukau.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Mungkin karena ingin lebih bebas
menyuarakan idealisme dan visi-nya, Wishnutama memilih mundur dari TransGroup,
dan kemudian mendirikan sendiri stasiun televisi dengan nama NET TV. Penyandang
dananya adalah Indika Group yang menyediakan dana hingga triliunan rupiah.
Gambar 1 : NET TV (Sumber : https://www.genpi.co/timthumb.php?src=http://fs.genpi.co//uploads/data/images/2019/net(1).jpg&w=820&a=br&zc=1) |
Namun setelah berjalan lebih dari enam
tahun sejak berdiri tahun 2013, ternyata kinerja bisnis dan keuangan Net TV
tidak sesuai harapan. Rating-nya masih kalah jauh dengan stasiun televisi lain.
Alhasil pendapatan iklan juga seret.
Pada sisi lain, biaya yang dikeluarkan
sangat masif. Termasuk investasi untuk menggunakan teknologi High Definition TV
yang amat mahal. Teknologi HD ini yang bikin kualitas gambar Net TV paling
bagus dibanding stasiun televisi lainnya.
Sejak November tahun lalu, Wishnutama
juga sudah tidak menjabat sebagai CEO Net TV, sebuah pertanda bahwa visi dia
dianggap tidak lagi kompatibel dengan kepentingan bisnis dan keuangan Net.
Belum pasti bagaimana konsep dan masa
depan bisnis Net TV setelah terjadi kasus kemunduran bisnis ini.
Namun dalam tulisan kali ini, saya ingin
mengajak Anda semua untuk menelisik tiga pelajaran bisnis yang bisa kita petik
dari kasus kegagalan bisnis Net TV ini.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
3 pelajaran bisnis ini bisa diaplikasikan
dalam arena bisnis lain, dan tidak hanya terbatas dalam bisnis televisi. Mari
kita bedah satu demi satu.
Pelajaran Bisnis #1 : Salah dalam
Membidik Target Market
Sejak awal, program NET TV memang sudah
didesain untuk kalangan menengah atas yang tinggal di kota-kota besar. Konsep
programnya mengarah pada target market kaum profesional (kelas premium) yang
tinggal di kota-kota besar Indonesia.
Target market yang cerdik sejatinya,
sebab jadi berbeda dengan target market TV lainnya yang lebih menyasar kelas
menengah ke bawah yang tinggal di desa atau kota-kota kecil Indonesia.
Problem besarnya adalah ini : target
market yang dibidik NET TV sudah direbut habis oleh Youtube, Instagram Stories
dan layanan TV streaming seperti Netflix, Hooq, Iflix, dkk.
Dengan kata lain, target market NET TV
sudah lenyap, atau makin kecil populasinya. Sebab sebagian besar sudah
melakukan migrasi besar-besaran ke layar hape demi menyimak Youtube, IG atau
Netflix.
Dan itu petaka bagi sebuah bisnis.
Ibaratnya Anda mau menjual produk, namun potensi pasarnya sudah tidak ada.
Jualan Anda tidak akan laku, karena tidak ada lagi pembelinya.
Yang kelam : layanan program NET TV
sejatinya lumayan bagus. Konsepnya kreatif. Sentuhan tangan dingin Wishnutama
sebagai sang jenius kelihatan sekali dalam beragam acara Net TV.
Namun produk yang bagus tetap tidak akan
laku, kalau dijual pada pasar yang kosong melompong. Ibaratnya, Anda jualan
produk hebat namun di pasar yang sudah seperti rumah hantu. Sudah lama tidak
ada penghuni dan pengunjungnya.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Itulah pelajaran marketing yang amat
penting dari kasus NET TV. Saat Anda salah menentukan segmen pasar dan target
market, maka bisnis Anda akan kolaps.
Kesalahan Net TV adalah memilih target
market kelas premium yang sudah lama enggan menonton layar televisi.
Sebaliknya, target market terbesar
bisnis TV itu adalah orang-orang yang masih suka nonton sinetron Tukang Bubur
Naik Haji, Cinta Fitri atau Tukang Ojek Pengkolan.
Dana iklan triliunan ada dalam sinetron
seperti itu, bukan dalam konsep program yang dibuat oleh NET TV.
Akibatnya : pendapatan iklan Net TV
seret, dan akhirnya terus mengalami kerugian karena biaya opersional TV
sangatlah tinggi.
Pelajaran Bisnis #2 : Idealisme dan Passion
adalah Bullshit.
Wishnutama adalah figur kreatif dalam
industri televisi. Dia punya idealisme dan passion untuk menghadirkan layanan
program TV yang kreatif dan tidak abal-abal. Dan dia sebenarnya sangat berhasil
dalam hal ini.
But business is business.
Business is all about making money.
Kalau produk yang Anda jual sudah sesuai
passion dan visi Anda, namun kemudian tidak ada yang mau beli, lalu keluargamu
mau makan apa?
Dulu saat di Trans TV, visi dan passion
Wishnutama bisa berkibar, namun tetap ada rambu bisnis dari sang pemiliknya
yakni CT (Chairul Tanjung). Jadi ada kombinasi yang pas : ada program kreatif
yang bagus, namun ada juga program yang memang ditujukan untuk mendapat uang.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Sebab pada akhirnya, uang juga yang bisa
membuat semua operasi bisnis bisa terus berjalan. Kalau tidak ada profit, ya
akhirnya akan bubar jalan.
Pelajarannya adalah : kombinasikan
passion dengan profit dan market demand.
Kombinasi maut akan terjadi saat passion
dalam bidang yang kita geluti, juga ternyata memiliki potensi pembeli yang
banyak, dan karena itu bisa hasilkan profit yang maknyuss.
Saat Anda terlalu memburu passion
personal, dan gagal melihat potensi pasar, maka Anda akan terpelanting menjadi
sang pujangga yang kesepian dan jatuh miskin.
Pelajaran Bisnis #3 : Kompetisi Digital
yang Makin Kompleks
Yang membuat babak belur NET TV ini
ternyata bukan pesaing tradisional dari sesama staisun televisi lainnya. Sebab
seperti yang diulas di depan, segmen pasar mereka berbeda.
Namun ternyata pesaing yang menghantam
bisnis NET TV datang dari tempat yang sangat powerful, yakni kekuatan layar
hape yang makin variatif kontennya.
Youtube, IG Stories dan Netflix adalah
pesaing disruptif yang menghancurkan potensi bisnis Net TV. Dan kekuatan
digital players itu terlalu tangguh untuk dilawan.
Pelajarannya : dalam era digital
disruptif seperti saat ini, potensi persaingan ternyata memang bisa datang dari
arah yang tak teduga. Artinya bukan hanya datang dari pesaing tradisional atau
dari pelaku bisnis yang sama.
Rival bisa datang dari mana saja.
Misal pesaing bank kelak bisa bukan
sesama bank saja, namun juga dari layanan dompet digital dan peer-to-peer
lending (layanan pinjam dana dari sesama pengguna internet).
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Pesaing hotal datang dari AirBnB.
Pesaing toko buku Gramedia datang dari Facebook dan Twitter (sebab orang
sekarang lebih suka baca status FB atau Twitter, daripada baca buku bagus).
Kalau kata pakar manajemen Michael Porter,
ancaman tidak hanya datang dari rival penyedia produk yang sama, namun juga
datang dari “produk subtitusi” atau produk pengganti yang dirasa lebih
memuaskan keinginan pelanggan.
DEMIKINLAH, tiga pelajaran bisnis yang
bisa kita petik dari kisah kegagalan NET TV untuk menjadi stasiun televisi yang
kreatif namun sekaligus profitabel.
Pelajaran bisnis ini berharga bagi
pelaku bisnis lainnya.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Tiga pelajarannya adalah :
1. Jangan salah menentukan target market
2. Tanpa profit, passion adalah omong
kosong.
3. Rival bisnis bisa datang kapan saja,
dari arah yang tak terduga.
.
.
.
.
Source :
http://strategimanajemen.net/2019/08/12/3-pelajaran-bisnis-dari-kasus-kejatuhan-net-tv/#more-8518
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.