Ketika Corona Menginvasi Berbagai Lini Kehidupan
Oleh :
Schrijver
Kabar
semakin merebaknya virus Corona (COVID – 19) ke seluruh dunia belum juga mereda.
Bahkan COVID – 19 ini diberitakan telah masuk ke Negara Iran. Pemerintah dan
ulama di negara tersebut saat tulisan ini dibuat (28/02/2020), mengumumkan untuk
meniadakan Sholat Jumat untuk sementara waktu, agar tidak menyebabkan
penyebaran COVID – 19 semakin meluas akibat berkumpulnya banyak manusia di
satu titik.
Tiongkok
sebagai negara asal COVID – 19, telah lebih dahulu melakukan tindakan isolasi.
Kota Wuhan di Provinsi Hubei, seketika menjadi kota mati karena kebijakan isolasi
kota yang diberlakukan disana. Akibatnya banyak warga sehat yang terjebak didalam
Kota Wuhan, sementara ditutup semua jalur akses keluar dan masuk kota.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Sementara
itu, Pemerintah Kerajaan Arab Saudi pun mengambil sikap serupa. Kamis 27
Februari 2020, secara resmi kerajaan mengeluarkan pernyataan menutup layanan
ibadah umroh sampai dengan batas waktu yang tidak ditentukan, sehingga otomatis
tidak diperkenankan bagi warga luar negeri memasuki Kerajaan Arab Saudi sementara
waktu.
Dampak
dari himbauan Kerajaan Arab Saudi yang bersifat mendadak ini, praktis membuat
calon jamaah umroh asal Indonesia pasrah. Mereka banyak tertahan di Bandara –
bandara yang melayani penerbangan langsung menuju Jeddah atau Madinah.
Tidak
hanya itu, COVID – 19 juga berdampak pada sisi ekonomi. Sebagai contoh di Indonesia
yang sampai saat ini masih banyak tergantung pada produk impor Tiongkok, mulai
mengalami penurunan persediaan. Komoditas sembako, seperti bawang merah dan bawang
putih mulai merangkak naik harganya, karena persediaan yang semakin menurun,
padahal permintaan naik, apalagi menjelang bulan Ramadhan.
Komoditas
buah juga mengalami kenaikan, seperti Apel merah, Jeruk Ponkan, Anggur, dan
lain sebagainya. Komoditas ekspor indonesia pun terkena dampak, terutama yang
mendapatkan pengsa pasar terbesar di Tiongkok. Harga jual yang menurun
menyebabkan keuntungan menurun drastis bahkan kerugian, akibat pemerintah
Indonesia menutup segala akses udara maupun laut menuju Tiongkok.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Sebagai
contoh di sekitar daerah Penulis banyak yang mempunyai usaha sarang burung
walet. Disaat sebelum terdampak corona, pasar penjualan sarang burung walet
terbesar adalah Tiongkok, sebagai obat tradisional. Harga per Kg bisa mencapai
Rp. 14.000.000,- di tingkat petani. Namun saat ini harganya justru jatuh, per
Kg nya di hargai Rp. 4.000.000,- di tingkat petani.
Jika
COVID – 19 ini semakin tidak terkendali, dan menyebabkan ketakutan diberbagai
belahan dunia, banyak yang meramalkan jika ekonomi global akan mengalami goyah
yang luar biasa. Karena setiap negara tentu memiliki sumberdaya yang terbatas
dan harus diperoleh dari negara lain melalui keran impor.
Bayangkan
jika setiap negara secara serentak seluruh dunia membatasi barang atau warga
negara lain untuk masuk, tentu akibat yang ditimbulkan tidak sedikit, dari
sektor pariwisata ataupun perdagangan. Bila suatu negara sumberdayanya melimpah,
tidak menjadi masalah, namun jika terbatas, inflasilah yang akan terjadi.
Kekhawatiran
juga diprediksi jika COVID–19 ini akan mempengaruhi musim haji tahun ini. Jutaan
orang berkumpul dari setiap negara di dunia, tentu akan menjadi masalah jika
COVID-19 belum tertangani.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
Masih ada
beberapa bulan sebelum musim haji tahun ini berlangsung, semoga ada solusi untuk
COVID-19.
---------------------
Penulis.
Schrijver.
Yudha BJ
Nugroho.
Copyright.
2020.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.