Kulit Merah dan Gatal Jadi Gejala Terbaru Virus Corona COVID-19? Ini Penjelasan Ahli
Liputan6.com,
Jakarta - Virus Corona COVID-19
dapat menyebabkan gejala dermatologis seperti gatal-gatal dan kemerahan yang
kadang-kadang menyakitkan, karena gejala yang memengaruhi tubuh di luar sistem
pernapasan terus ditemukan yang mungkin terkait dengan infeksi penyakit ini,
menurut Persatuan Nasional Perancis Dermatologis-Venereologis (SNDV - dokter
penyakit kulit dan menular seksual).
Gambar 1 : Ilustrasi Kulit Gatal (Sumber : https://encrypted-tbn0.gstatic.com/images?q=tbn%3AANd9GcTB6QEO2xPQ_cO4bQ24nFdVtOetzjEtgr4tsInLHm7WnzdrBV7W&usqp=CAU) |
Rumah sakit menerima banyak laporan kasus dengan
gejala ini pada pasien COVID-19. Mereka juga dapat muncul tanpa gejala
pernapasan, menurut siaran pers oleh SNDV. Demikian seperti dikutip dari Jerusalem
Post, Senin (13/4/2020).
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Sebuah grup diskusi di Whatsapp telah dibentuk untuk
mendiskusikan hal ini.
Pekan lalu, Direktur Jenderal Kesehatan Prancis Jerome
Salomon ditanya apakah masalah dermatologis seperti gatal-gatal bisa menjadi
gejala baru dari Virus Corona baru dan menjawab, "tidak
sepengetahuan saya," menurut Le Figaro.
Dia menambahkan, bagaimanapun, bahwa tidak
semua hal sudah diketahui tentang virus tersebut, "tetapi pada
aspek dermatologis ini saya belum melihat publikasi apa pun.
"Beberapa gejala baru telah ditemukan selama
sebulan terakhir yang mungkin terkait dengan Virus Corona baru, beberapa
muncul bahkan tanpa gejala pernapasan," katanya lagi.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Tunjukan Gejala Lain
Pada akhir Maret, British Rhinological Society dan
American Academy of Otolaryngology (operasi dan perawatan kepala dan leher)
keduanya melaporkan bukti anekdotal yang menunjukkan bahwa hilangnya bau dan
rasa bisa menjadi gejala COVID-19.
Gambar 2 : Orang Yang Menjadi Hidden Carrier Menupakan Orang Yang Nampak Sehat. Ilustrasi. (Sumber : https://doktersehat.com/wp-content/uploads/2018/04/manfaat-lari-pagi-doktersehat.jpg) |
Laporan dari berbagai negara telah mengindikasikan
bahwa sejumlah besar pasien Virus Corona baru mengalami anosmia,
kehilangan indera penciuman, dan ageusia, rasa yang menyertainya berkurang,
menurut The New York Times.
Para profesional medis tidak yakin apa yang
menyebabkan hilangnya indera penciuman dan rasa.
Beberapa virus menghancurkan sel atau reseptor sel di
hidung, sementara yang lain menginfeksi otak melalui saraf sensor penciuman.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Kemampuan terinfeksinya fungsi otak dapat
menjelaskan beberapa kasus kegagalan pernapasan pada pasien COVID-19, bukti
menunjukkan bahwa Virus Corona dapat menyerang sistem saraf pusat.
Beberapa pasien COVID-19 juga mengalami masalah
neurologis, termasuk kebingungan, stroke dan kejang, menurut Times.
Sumber
:
----------------
Schrijver.
2020.
©. Yudha BJ Nugroho. All Right Reserved.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.