Bisnis Vaksin dan Teori Tebar Paku
Kabar
mulai ditemukannya vaksin Covid 19 seketika membuat masyarakat banyak bernafas
lega. Di masa saat ini, kala pembatasan wilayah dan penutupan sejumlah tempat –
tempat keramaian, membuat masyarakat bosan untuk berdiam diri dirumah, dan
berharap pendemi ini segera berakhir.
Universitas
Airlangga Surabaya (Unair) baru – baru ini telah melakukan siaran pers mengenai
penemuan mereka. Anti virus ini mereka klaim efektif dalam mematikan virus yang
telah menjangkiti inangnya. Dari beberapa artikel yang Penulis baca, komposisi
obat tersebut juga bukan bahan yang sulit ditemukan.
Peneliti. Ilustrasi. Sumber : https://gdb.voanews.com/74BD4D56-17D6-487F-83E8-45DA87241BA5.jpg |
Atas
keberhasilan ini, Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya mengusulkan untuk diberi
penganugerahan nobel pada tim yang menemukan vaksin tersebut.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Memang
dalam membuat vaksin butuh waktu lama mulai dari tahapan eksplorasi hingga uji
kualitas. Itu semua dilakukan melalui serangkaian proses yang sangat runut.
Nah, jika
sekelas Indonesia yang dalam kategori ini sebagai negara berkembang, mampu
melakukan serangkaian proses itu secara ringkas, lantas apa yang dilakukan
negara maju, yang sudah pasti mempunyai kemampuan teknologi lebih mumpuni. Dan lagi,
ini setelah hampir setengah tahun Covid 19 menjangkiti dunia.
Penulis merasa
negara – negara yang memang mampu untuk memproduksi vaksin karena kelengkapan
teknologi mereka, sengaja untuk tidak memproduksi, loh kok bisa?
Begini, vaksin
adalah bisnis farmasi. Seperti teori tebar paku, tebar paku dijalan, beberapa
meter kemudian buka jasa tambal ban. Bisnis akan untung jika ada customer yang memakai jasa dan
menggunakan produknya, tentu dengan harga yang sudah dipatok sang produsen. Semakin
banyak customer, maka semakin banyak pula keuntungan dari bisnis ini.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Negara –
negara yang memang mampu tersebut, sengaja menunggu agar virus ini menyebar
secara masif ke seluruh dunia, dengan harapan banyak negara yang akan menjadi customer, ditambah lagi dengan dukungan
media yang semakin masif memberitakan virus ini dan menciptakan ketakutan
massal.
Dengan dalih
mereka juga kelimpungan menghadapi virus tersebut di negaranya. Sehingga tidak
ada waktu untuk membuat vaksin, segitunya.
Hadirnya Indonesia
secara tiba – tiba ini pasti membuat mereka kaget, ya, karena bisa jadi mereka
terlalu menganggap sebelah mata bagi negara berkembang menciptakan vaksin. Saat
ini tinggal bagaimana media meyakinkan masyarakat jika vaksin yang diproduksi
Unair ini efektif.
Jika media
tidak berpihak, akan ada pendiskreditkan terhadap vaksin ciptaan Unair ini. Entah,
tidak efektiflah, atau belum mendapat izin WHO, atau apapun juga.
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352">
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
Apalagi jika
media luar negeri berpihak pada produsen vaksin yang lebih mumpuni, pasti
pemberitaan mereka akan negatif bagi Vaksin strain
Indonesia.
Kita tunggu
saja.
-------------------
Schrijver.
Copyright.
©. 2020. Yudha BJ Nugroho. All Right Reserved.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.