Begitu Mudahnya Menilai Generasi Minim Literasi
Kabar
disahkannya UU Cipta Kerja menuai berbagai polemik di berbagai daerah. Gelombang
demonstrasi dan penyampaian pendapat pribadi masih silih berganti diruang
publik. Pendapat setiap individu tentu ada dasar tersendiri, kendati entah mana
yang benar. Begitu pula massa mahasiswa dan buruh yang berdemo, merekapun
mempunyai alasan yang membuat hati mereka tergerak untuk bersuara di muka umum.
Namun
yang menjadi perhatian Penulis adalah judgement
atas kebebasan berpendapat yang dimaksud adalah karena Hoax yang beredar atas UU Cipta Kerja ini dan tidak membaca dengan
jelas UU yang dimaksud. Kok bisa aparat pemerintah dalam hal ini Kepolisian
begitu getol berkata bahwa ini Hoax,
padahal draft resmi final dari UU Cipta Kerja ini saja masih gaib.
“Dasar
generasi Minim Literasi”.
Begitu
kiranya umpatan yang dilayangkan.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
Sebenarnya
kurang tepat jika terlalu memandang jika generasi sekarang minim literasi,
namun hanya sudah bukan masanya. Loh kok bisa?. Belajar ada tiga cara yaitu
membaca, mendengar, dan melihat. Kebiasaan murid dan siswa jaman dahulu adalah
membaca, karena memang sumber ilmu yang tersedia hanya buku. Sedangkan sekarang,
banyak media untuk belajar.
Baca Juga : Undang - Undang Cipta Kerja, Benarkah Sepenuhnya Negatif ?
Bila
seseorang tersebut memang kurang suka membaca, jangan paksakan ia untuk
membaca, pasti tidak akan lama ia akan mengantuk dan tertidur. Apalagi membaca
UU Cipta Kerja yang katanya 905 halaman atau 1.028 halaman, Penulis pun yakin
para wakil rakyat yang (katanya) terhormat itu, tidak membaca dan memahami pula
UU tersebut.
Seperti
kita ketahui, saat ini pembelajaran via daring sedang melanda, begitupun banyak
lembaga les yang menawarkan jasa belajar via video, ya video. Karena apa, pada
masa ini, murid mungkin sudah beralih dari kebiasaan belajar dengan membaca,
melainkan dengan melihat. Tampilan dan visualisasi video yang menarik inilah
yang membuat anak jaman sekarang mudah paham dengan apa yang diterangkan
daripada membaca dan menelaah sendiri.
Kembali
ke persoalan diawal, jika saja memang generasi saat ini kurang suka dengan
membaca UU Cipta Kerja yang 905 atau 1.028 halaman tersebut, berkaryalah Menteri
Komunikasi dan Informatika untuk menyampaikan UU tersebut dengan media video,
berikanlah pemahaman kepada mereka secara jelas dengan visualisasi yang lebih
indah.
Jangan
serta merta menuduh mereka minim literasi, kurang membaca dan belajar, hei, masanya
sudah berbeda.
Kalau
memang ia suka membaca silahkan membaca, kalau memang ia suka melihat dengan
media video, silahkan, yang penting pesannya secara keseluruhan tersampaikan.
Iya
kan?.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js"></script>
<ins class="adsbygoogle"
style="display:block; text-align:center;"
data-ad-layout="in-article"
data-ad-format="fluid"
data-ad-client="ca-pub-3030644623537642"
data-ad-slot="6345313352"></ins>
<script>
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});
</script>
Baru
– baru ini Presiden menanggapi mengenai Demo yang berlangsung dimana – mana,
dan mencoba mengklarifikasi bahwa kabar yang beredar mengenai UU Cipta Kerja
adalah Hoax semata dan meminta
masyarakat tetap tenang. Bagi Penulis, statement
resmi dari Presiden ini terlambat sehari. Mengapa?, ya, akankah lebih baik jika
Pak Presiden berstatement seperti itu
sebelum Demo terjadi, mencegah kerusakan dimana – mana, bahkan sampai berdarah –
darah akibat gebukan Polisi.
Kalau
diingat, UU ini disahkan saat tengah malam, nah, mengapa Pak Presiden bukan
mengeluarkan statement ini saat paginya, mencegah terjadinya demo, eh, malah
beliau kunjungan ke Kalimantan Tengah, meninjau sawah, dan peternakan bebek. Lah?.
Lebih
urgent manakah demo chaos di Jakarta
atau bebek yang nurut dikandangin ?.
Sekedar kunjungan kerja ataukah bapak berusaha menghindar. Atau mungkin ada
yang membisiki.
“Pak ke Kalteng aja dulu, naskah pidatonya
belum saya buat”.
------------------
Schrijver.
Copyright.
©. 2020. Yudha BJ Nugroho. All Right Reserved.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.