Menolak Divaksin, Siap – Siap Didenda
Menolak Divaksin, Siap – Siap Didenda
Masa pandemi Covid-19 sampai saat ini masih menjadi perhatian dunia, tak terkecuali di Indonesia. Bahkan di Kota Balikpapan yang menjadi domisili Penulis saat ini pun masih menunjukkan angka yang cukup tinggi. Meskipun banyak individu yang berpikir jika virus ini hanya ‘konspirasi’ dan bisnis semata.
Potongan Berita dari sebuah media massa tanggal 06 Januari 2021. Ilustrasi. Sumber : Dok. Pribadi |
Terlepas dari
pandangan tersebut, pemerintah menunjukkan keseriusannya dalam menangani
pandemi ini. Beberapa vaksin dari berbagai negara telah resmi terbeli dan siap
digunakan oleh masyarakat Indonesia, dengan harapan meningkatkan imunitas kepada
para penggunanya.
Selain itu
Lembaga Penelitian Eijkman Indonesia pun juga merancang vaksin dengan virus strain Covid-19 Indonesia, yang
berarti semakin melengkapi ketersediaan vaksin ini di dalam negeri.
Kabar tentang
ketersediaan vaksin dan kebutuhan vaksinasi covid-19 ini pun menyebabkan
berbagai intrik. Banyak yang takut bahkan enggan untuk divaksin, karena masih
menganggap vaksin ini belum ‘layak’ beredar dan disuntikkan. Karena proses
penelitian dan pengembangannya yang begitu cepat dan singkat.
Pemerintahpun
bertindak atas intrik yang beredar ini, dan mengeluarkan kebijakan untuk
memberi hukuman kepada siapa saja yang menolak untuk divaksin. Penulis
mengambil contoh pada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang menetapkan denda
sebesar Rp. 5.000.000,- kepada individu yang menolak divaksin.
Sebenarnya
rencana hukuman yang akan diberikan pada masyarakat ini ada benar dan ada
salahnya pula.
Bagi Penulis,
seharusnya pemerintah bukan bertindak dengan ancaman, apabila masyarakat memang
belum mau dan sadar untuk divaksin. Masyarakat indonesia saat ini sudah bukan
lagi masyarakat yang ‘hanya iya saja’ seperti pada zaman dahulu. Mereka butuh
edukasi dan pemahaman lebih agar tujuan dari vaksinasi ini tercapai.
Mari kita
lihat, saat ini pemberitaan di media selalu pemberitaan menakutkan dari pandemi
covid-19, dan yang paling menggangu dalam pandemi ini adalah stigma buruk dari
lingkungan sekitar. Mereka yang terindikasi positif masih mendapatkan perlakuan
dikucilkan, ditakuti, dan dituduh sebagai biang kerok pembawa virus ke
lingkungan mereka.
Ketakutan inilah
yang menjadi alasan bagi masyarakat yang menolak divaksinasi, karena mereka takut
jika divaksin, malah terjangkit, apalagi masyarakat juga tahu jika vaksin
adalah virus itu sendiri yang ‘dilemahkan’.
Coba kita
berfikir, mengapa program imunisasi bagi balita seperti BCG, campak, polio itu
berhasil, dan bahkan saat ini secara mandiri orang tua mengimunisasi
(memvaksin) anaknya?.
Karena kesadaran
telah muncul, dan edukasi yang dilakukan oleh pemerintah orde baru, sukses menjadi
pemahaman yang mendasar bagi para orang tua.
Ada benarnya
pula jika dilihat, isi media pada masa itu bukan pemberitaan yang menakutkan.
Jika pemerintah
sekarang cenderung memberikan ancaman bagi siapa saja yang menolak divaksin,
bukan tidak mungkin masyarakat akan semakin keras menolak, dan bisa jadi akan
melawan.
Kunci utamanya
adalah EDUKASI.
-----------------
Schrijver.
Copyright.
©. 2021. Yudha BJ Nugroho. All Right Reserved.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.