Sisi Lain Untung Rugi Jalan Tol
Sisi Lain Untung Rugi Jalan Tol
Penulis bukan pengamat transportasi, namun penulis termasuk yang kurang setuju dengan kebijakan pemerintah yang terlalu
memfokuskan kebijakan pembangunan jalan tol dengan dalih "memperlancar
pengangkutan logistik".
Coba kita berpikir sejenak, bagi
yang sering berkendara di jalan tol kita sering menemui truk malah membuat
jalanan macet karena mereka berjalan terlampau pelan dengan muatan berlebihan.
Belum lagi kebiasaan berhenti yang terlalu lama.
Kemacetan di Jalan Tol. Ilustrasi. Sumber : https://qph.fs.quoracdn.net/main-qimg-74993b9e39952464623edf70598112e9 |
Ini tak lepas dari fakta bahwa
banyak truk-truk kita yang tak layak jalan, entah karena sudah tua dan tak
layak jalan. Pengawasan Dinas Perhubungan (Dishub) seringkali gagal, karena
selain jumlahnya terlalu banyak, juga sepertinya masih banyak oknum Dishub yang
suka menerima sogokan.
Bahkan by design, truk-truk di Indonesia itu mayoritas under powered alias tenaganya terlampau
kecil untuk ukurannya. Ini agar harga beli dan perawatannya murah, tapi
konsekuensinya mereka akan berjalan sangat lambat kalau bermuatan penuh.
Makanya truk-truk baru di Indonesia mayoritas jalannya pelan. Beda dengan di
Malaysia atau Australia yang truk selalu berjalan mengikuti batas kecepatan
minimal.
Truk memang dianjurkan melalui
jalan tol, namun bukannya tambah lancar perjalanannya, malah jalan tolnya yang
jadi macet. Selain itu, seringkali tarif tol terlalu mahal untuk pemilik truk.
Lalu di rest area truk tidak boleh berlama-lama, padahal sopir truk butuh waktu
panjang untuk beristirahat mengingat mengemudikan truk itu sangat melelahkan.
Sumber : https://qph.fs.quoracdn.net/main-qimg-6efc8b2c19548b2c6bea77410022b36e |
Belum lagi angkutan dengan moda
truk rentan pungli dan pemalakan. Bahkan pembangunan jalan tol tidak
menghindarkan truk dari praktek tak terpuji ini, seperti yang terjadi di tol dan Jalan Lintas
Sumatera (Jalinsum).
Akibatnya kebijakan pembangunan
jalan tol untuk memperlancar pengangkutan logistik, dan mengurangi biayanya,
gagal total. Bahkan di beberapa pembangunan jalan tol cenderung mubazir karena
jalan raya biasanya tak ramai sehingga.
Seperti halnya jalan tol di
tempat Penulis saat ini. Tol Balikpapan – Samarinda dahulu sejak pembangunannya
digadang – gadang sebagai Jalan Tol Pertama di Kalimantan yang akan mempermudah
akses transportasi antara Kota Balikpapan dan Kota Samarinda.
Seketika saat dibukanya jalan tol
ini, ratusan kendaraan lalu lalang melewati tol ini, ke arah Samarinda maupun Balikpapan.
Hal mengejutkan terjadi tatkala diresmikannya tarif berbayar dengan harga
termurah untuk minibus biasa sebesar 75 ribu.
Tak pelak, pengguna roda 4
kembali ke jalan arteri, dan yang melewati jalan tol mungkin bisa dihitung per
harinya.
Jalan tol di tanah jawa pada
umumnya dibangun untuk menghindari kemacetan di jalan arteri, yang akhirnya
memotong waktu perjalanan menjadi lebih singkat. Ini sangat jelas menfaatnya,
terlebih jalan arteri di jawa melewati desa – desa dan pasar.
Berbeda halnya dengan jalan
arteri antara Kota Balikpapan dan Kota Samarinda. Jalan arterinya melewati
Taman Hutan raya Bukit Sorharto yang sepi, beberapa kampung memang dilewati,
namun tidak menimbulkan kemacetan yang berarti.
Sehingga waktu tempuh antara Kota
Balikpapan dan Kota Samarinda, entah lewat tol maupun jalan arteri hampir
ditempuh dengan waktu yang sama. Lantas, daripada membayah 75 ribu, lebih baik
lewat jala yang gratis, toh waktunya sama saja.
Padahal idealnya untuk memperlancar
pengangkutan logistik di darat seharusnya menggunakan kereta api. Kereta api
itu moda transportasi yang bisa mengangkut muatan yang nyaris sama atau bahkan
lebih banyak daripada kapal laut, tapi bisa berjalan lebih cepat daripada
kendaraan jalan raya.
Moda transportasi kereta api di
negara maju sangat efektif mengurangi biaya pengangkutan logistik karena bisa
mengangkut barang dalam jumlah sangat besar, dan mengirimnya dalam waktu sangat
singkat, serta membutuhkan tenaga manusia dalam jumlah kecil sekali. Bayangkan
betapa banyak efisiensi dan seberapa besar efektivitasnya.
Angkutan Logistik Kereta Api. Ilustrasi. Sumber : https://qph.fs.quoracdn.net/main-qimg-22e7e2323b80422517c875c9460d42f5 |
Strategi ini pernah diterapkan di
jaman waktu Dirut PT. KAI dipegang pak Jonan dimana angkutan KA peti kemas
mengalami ekspansi besar-besaran, yang bahkan sampai mengurangi lalu lintas
truk di Pantura Jawa secara cukup drastis.
Kereta PT. KAI menarik rangkaian Kontainer. Ilustrasi. Sumber : https://qph.fs.quoracdn.net/main-qimg-a8830c9f3ff0f8124a3a74032af668c9 |
Bahkan ada satu contoh yang cukup
ekstrim, yaitu pengangkutan semen dari Nambo di Jawa Barat (dekat Bogor) menuju
Banyuwangi di ujung timur pulau Jawa.
Dulu waktu menggunakan truk
angkutan semen ini bisa memakan waktu berhari-hari (bahkan konon sampai
seminggu). Namun begitu diangkut kereta api, perjalanannya hanya memakan waktu
23 jam!.
Coba bayangkan betapa banyak
penghematan waktu dan biaya yang bisa dihasilkan oleh angkutan kereta api.
Namun pasca kepergian pak Jonan,
ekspansi angkutan barang cenderung surut dan angkutan KA barang yang ada
cenderung stagnan seperti di era sebelum pak Jonan. Bahkan beberapa layanan KA
barang, termasuk KA semen Nambo-Banyuwangi diatas, sudah hilang.
Kembali ke jalan tol, dalih
pemerintah lebih mengutamakan jalan tol atau jalan raya salah satunya adalah
"untuk menciptakan lapangan kerja". Padahal dari dulu hingga sekarang
sektor transportasi bukanlah pencipta lapangan kerja atau pengurang
pengangguran yang signifikan.
Juga ada alasan lain yaitu
"biaya pembangunan jalur KA sangat mahal". Coba dipakai logika,
bagaimana mungkin bidang jalan yang memakan lahan sangat kecil dibanding jalan
raya, apalagi jalan tol, dan dengan beban pondasi yang tidak lebih besar dari
pencakar langit bisa memakan biaya sangat besar?
Kalau menurut saya
ini semua karena pemerintah harus mengalah dengan kepentingan industri otomotif
dan juga keabaian beliau terhadap praktek korupsi di Kemenhub, termasuk Dirjen
Kereta Api.
---------------
Schrijver.
Copyright. ©. 2021. Yudha BJ Nugroho. All
Right Reserved.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.