Ketika 'Rush Money' ala Muhammadiyah
Ilustrasi PP Muhammadiyah. Sumber : antarafoto-pp-muhammadiyah-hentikan-perang-israel-palestina-111023-rn-3.jpg |
Pernahkah anda membaca kabar ataupun hadapi sendiri kala seseorang nasabah kelas kakap hendak menarik seluruh tabungannya dari sesuatu bank hingga nyatanya pihak bank tidak bisa penuhi sebab nyatanya uangnya tidak terdapat di bank/ cabang bank tersebut?
Kerap terjalin ataupun malah selalunya nasabah kakap yang menaruh dalam jumlah besar uangnya di bank malah tidak dapat menarik seluruh uangnya, sementara itu itu merupakan haknya serta berjenis tabungan biasa non deposito yang sepatutnya dapat diambil sewaktu waktu, serta ditarik apalagi tutup rekening sewaktu waktu pula.
Mengapa begitu?
Sebab sesungguhnya uang nasabah terutama yang dalam nominal besar itu tidak disimpan dalam arti ditaruh disuatu lemari besi ataupun tempat yang aman dibawah pengawasan pihak bank, tetapi diputar oleh pihak bank dengan dipinjamkan selaku modal kepada para pengusaha kelas atas sampai konglomerat, selaku bonus, modal usaha, serta investasi mereka dalam melaksanakan pengembangan, serta perluasan bisnis mereka lagi. Uang nasabah yang dapat ditarik cuma uang kelas "recehan" saja buat kebutuhan setiap hari bulanan para nasabah.
( bukan rahasia pula dikalangan pebisnis apabila yang mendapatprivilege buat mengakses pinjaman dengan nilai besar bin fantastis dari perbankan merupakan pebisnis- pebisnis yang bermata sipit. _no racis just fact_).
Ilustrasi. Edaran PP Muhammadiyah. Sumber : https://www.portal-islam.id/2024/06/rush-money-ala-muhammadiyah.html?m=1 |
Jadi apabila terdapat film yang menggambarkan adegan perampokan bank yang sukses bawa berkarung karung uang, itu sesungguhnya merupakan wujud pembodohan saja karena sejatinya bank tidak menaruh uang-uang anda selain disisakan sedikit yang kira kira dibutuhkan buat ditarik sewaktu waktu oleh kalangan warga kelas menengah kebawah.
Ilustrasi pada sebagian paragraf diatas merupakan cerminan yang lagi terjalin dikala ini kala organisasi keagamaan terkaya serta termaju Indonesia ialah Muhammadiyah menyiarkan release hendak menarik segala dananya yang mereka simpan di BSI ( Bank Syariah Indonesia) bank syariah kepunyaan pemerintah gabungan dari 3 bank syariah plat merah BNI, Mandiri serta BRI.
Jumlah yang ditarik keseluruhannya senilai 13 Trilyun rupiah,yang sehabis dihitung lagi total mencapai 15 Trilyun rupiah nilai dana kepunyaan persyarikatan Muhammadiyah yang hendak ditarik dari BSI.
Rush Money ala Muhammadiyah ini jelas membuat panik pihak BSI yang hingga dikala ini belum membagikan statment formal serta mengagetkan dunia perbankan regional mengingat besaran nilainya.
Pimpinan Muhammadiyah melalui ketua umumnya Haedar Nashir serta beberapa jajaran PP Muhammadiyah dalam siaran persnya menyampaikan tujuan penarikan sebab alibi buat meratakan keadilan ekonomi serta kurangi resiko persaingan tidak sehat dengan menarik dananya yang sebelumnya cuma terpusat ditaruh di BSI kemudian membaginya dengan ditaruh dibeberapa bank syariah yang lain terpisah secara menyeluruh.
Tetapi tentu saja itu hanya bahasa diplomatis. Bahasa tingkatan besar kalangan intelektual yang tidak dimengerti seluruh golongan awam yang tujuannya buat meredam kesan konflik serta melindungi marwah intitusi lain walaupun telah tidak sepihak sejalan.
Yang sesungguhnya terjadi adalah para pimpinan serta pemikir Muhammadiyah kecewa sebab BSI lebih mementingkan perputaran dana buat kepentingan para pengusaha kelas kakap serta kalangan konglomerat lagi porsinya buat pengembangan UKM/ UMKM jauh lebih kecil sementara itu Muhammadiyah tidak hanya selaku gerakan dakwah tetapi pula selaku gerakan kebangkitan ekonomi pribumi semacam spirit dini KH Ahmad Dahlan yang terus diwariskan oleh pengurus pengurus Muhammadiyah sangat tidak keberatan apabila dana raksasa yang mereka amanahkan dipergunakan buat penguatan zona UKM/ UMKM tanah air.
Tidak hanya itu para para pengamat ataupun sebut saja analis intelijen dari internal Muhammadiyah pula membaca terdapatnya suatu proses penempatan agen- agen dari kekuatan konglomerasi tertentu kedalam jajaran komisaris serta direksi bank tersebut yang mungkin besar mengincar peninggalan perbankan kepunyaan Muhammadiyah dengan memahami akses manajerialnya.
Apalagi dahulu sempat wagub Jabar Dedy Mizwar berikan semacam bocoran jika salah satu pentolan 9 naga sang James Riyadi jengkel gimana lembaga dakwah non profit semacam Muhammadiyah dapat mempunyai peninggalan lebih besar dari segala jaringan bisnisnya di group Lippo. Perihal yang membuat JR ataupun TW tidak dapat" membeli" Muhammadiyah paling utama buat menunjang opsi politik yang didukung 9 naga semacam organisasi keagamaan yang lain yang sangat menikmati seluruh sarana serta panggung sosial, politik, ekonomi sepanjang 10 tahun/ 2 periode rezim terakhir ini.
Muhammadiyah benar benar tidak terbeli!
Muhammadiyah benar benar tidak bergeming oleh rayuan rayuan politik 9 naga itu.
Serta yang terakhir serta sangat dikhawatirkan banyak pihak merupakan kalau rush money Muhammadiyah ini sesungguhnya merupakan langkah dini dari rencana persyarikatan buat membangun bank sendiri yang maksudnya Bank Muhammadiyah lagi dalam jadwal yang mulai hendak dijalankan karena memanglah telah selayaknya Persyarikatan Muhammadiyah memiliki lembaga perbankan sendiri selaku salah satu AUM yang mandiri dari pemerintah serta berguna untuk seluruh umat entah dari organisasi manapun serta agama apapun.
Lagipula Muhammadiyah telah penuhi seluruh ketentuan serta kapasitas buat mempunyai suatu lembaga perbankan sendiri bukan?
Serta cocok edaran yang sudah dikeluarkan oleh PP Muhammadiyah kepada segala rektor kampus kampus Muhammadiyah, AUM serta segala pengurus peninggalan Muhammadiyah buat mulai melaksanakan penarikan serta penutupan rekening di BSI hingga kita saksikan saja sembari mendoakan supaya proses rush money ini dapat berjalan mudah tanpa hambatan.
Sebab jangan jangan BSI tidak mampu lekas mencairkan segala dana kepunyaan Muhammadiyah serta padat jadwal mencari pinjaman dari bank bank yang lain buat penuhi perintah penarikan tutup buku organisasi terkaya, terkuat serta termodern ini.
-------------------
Schrijver.
Copyright. ©. 2024. Yudha BJ Nugroho. All Right Reserved.
No comments
Terima kasih telah berkunjung, silahkan tinggalkan komentar anda.